infowonogiri.com-SIDOARJO-Di Pasar hewan Sidoharjo, ditemukan fakta bahwa antara pembeli (blantik) kambing dengan penjual (petani) tidak seimbang. Jumlah blantik kambing lebih banyak jika dibandingkan dengan penjualnya. Perbandingannya 5;1 (lima berbanding satu). Fakta tersebut menunjukan bahwa menjelang hari raya Idul Qurban, terjadi kelangkaan kambing.
“Heran saya, blantiknya dengan penjual banyak blantiknya. Yang jual kambing satu orang blantiknya 5 orang bahkan lebih,” kata Lardi warga Sidoharjo. Menurut Lardi, dimungkinkan karena sebagian banyak blantik kambing membeli sebanyak banyaknya kambing untuk dijual kembali ke luar kota.
Sementara, seiring kian dekatnya pelaksanaan hari raya Idul Qurban, jumlah transaksi jual beli kambing pejantan terus mengalami peningkatan. Demikian juga dengan pengiriman kambing jantan dari Wonogiri ke luar kota, terus mengalami kenaikan. Namun antara kenaikan harga dengan jumlah pengiriman kambing jantan tidak setajam seperti sapi jantan.
Hal itu dikemukakan oleh Kepala Dinas Nakperla Kabupaten Wonogiri Rully Pramono. Menurut Rully, selama September sampai Oktober lalu, kambing jantan yang dikirim ke luar Wonogiri 2.226 ekor. Sedangkan jumlah kambing yang dikirim ke luar Wonogiri mencapai 2.880 ekor.
“Harganya hanya naik sekitar Rp 300 ribuan. Saat ini harganya berkisar antara Rp 800 ribu sampai Rp 1,4 juta. Relatif sama seperti menjelang Idul Adha tahun lalu,” katanya. Selain itu, Nakperla menerapkan kebijakan terkait kesehatan kambing dan sapi calon qurban. Nakperla melarang hewan sakit dikirim ke luar Wonogiri. (bsr)
Pemeriksaan kesehatan hewan dilakukan di setiap pasar hewan. Yakni saat pedagang meminta surat keterangan sehat ke petugas kesehatan di pasar hewan. “Untuk persiapan Idul Adha ini, sejak dua pekan lalu kami melarang pengiriman hewan sakit. Antara lain hewan yang kena scabies (gudik). Pengobatannya menggunakan antibiotik. Idul Qurban tinggal sepekan lagi. Tidak baik jika warga mengonsumsi daging yang mengandung antibiotik,” tandasnya.
Sementara, Kabid Kesehatan Hewan Ismaryati menambahkan, prosedur pemeriksaan darah hewan dilakukan di laboratorium. “Hasilnya ada temuan hewan yang berpenyakit. Tetapi jumlahnya tidak banyak. Hanya beberapa ekor saja. Hewan sakit dilarang dikirim. Maka harus diobati sampai sembuh dulu. Baru boleh dikirim,” katanya. ([email protected])