infowonogiri.com-WONOGIRI-Terletak di atas pegunungan di wilayah Dusun Ngrapah, Desa Setren, Kecamatan Slogohimo 14 KK tinggal menyebar di beberapa area. Jarak tempuh pun tak bisa dibilang dekat antara satu rumah dengan rumah yang lain.
Area hutan pinus dan ladang harus dijelajah agar bisa bertemu antar tetangga. Meski secara birokrasi dan administrasi sebuah kampung bernama Tuwon itu bergabung, namun jangan berpikir dari Tuwon menuju Ngrapah dekat. Jalan setapak bertanah hanya bisa ditempuh dengan jalan kaki selama satu jam.
Meski saat kemarau ada satu dua yang berani mengendarai sepeda motor. Dari 14 KK itu semua belum dapat menikmati listrik dari PLN. Meski ada sepuluh KK yang menikmati listrik semua didapat dengan cara ngganthol dari dua rumah warga di Ngrapah. Tak tanggung-tanggung satu rumah warga yang di nggantholi aliran listrik dipakai oleh delapan KK. Itupun hanya untuk penerangan.
Sedangkan untuk TV dan radio apalagi alat elektronik lain tak pernah bisa dinikmati warga. “Ngganthol- nya juga tidak dekat. 15 rol kabel 100 meteran habis untuk menjangkau rumah warga di Dusun Ngrapah. Tiap bulan rata-rata bayar listrik Rp 10 sampai 12 ribu.
7 KK yang lain tidak ngganthol dan belum pula mendapat bantuan panel tenaga surya yang sudah lebih dulu dipergunakan oleh 7 KK yang lain. Tapi kemarin Pak RT juga datang katanya yang tujuh tadi sudah akan mendapat,” terang Marni (31) salah satu warga, Minggu (24/10).
Tuwon yang semua warganya bertani dan beternak, tahun 2009 lalu mendapat tujuh panel tenaga surya untuk penerangan. Bantuan berupa satu panel tenaga surya, satu aki, dan tiga buah lampu. Jika seharian panas terik, penerangan bisa bertahan hingga pagi.
Tapi bila cuaca seperti sekarang ini harus pintar-pintar mengalokasikan listrik. Dari tujuh panel yang kini sudah ada, dua panel surya milik Kasi dan Midin sudah rusak. Meski panas terik, saat dipakai hanya untuk penerangan saja tidak tahan sampai semalam. “Ya cuma untuk lampu.
Radio saja tidak kuat. Seterika juga tidak. Habis cuci kering langsung dilipat, mas. Untuk belanja ke pasar juga harus jalan satu jam dulu. Jadi PP dua jam. Begitu juga saat ada arisan ibu-ibu RT. Jalan satu jam juga,” lanjut Marni. Tiyem (50) warga lain menambahkan besar pula harapan warga agar akses jalan menuju Tuwon diperhatikan. Paling tidak dicor.
Karena meski jalan menuju Tuwon ada yang relatif dekat ditempuh dari Kecamatan Jatipurno, namun jalan masih berupa tanah disepanjang hutan pinus. Sembilan anak usia sekolah dasar yang ada di sana pun juga harus berjalan kaki.
Agak dekat karena sekolah mereka berada di wilayah Jatipurno. Ditempuh setengah jam lebih jalan kaki. “Tujuh KK yang belum mendapat panel surya tinggal menunggu turunnya bantuan. Sudah didata semua,” terang Kepala Desa Setren Sri Purwanti.
Tak Beruntung
Tak seberuntung rekan mereka di Tuwon, 45 KK di Dusun Gunung Wangunan, Desa Gedongrejo, Kecamatan Giriwoyo sama sekali belum pernah diberikan bantuan panel tenaga surya.
Praktis hanya ngganthol dari dusun tetangga, itupun hanya beberapa. “Sampai sekarang masih banyak yang memakai Lampu thinthir / Teplok. Letak dusun jauh di atas bukit. Hanya roda dua yang bisa menjangkau ke sana,” kata Sekcam Giriwoyo, Hery Indrastiyono. (Eko Sudarsono)
Mosok to? Di sono kan banyak air dari pegunungan? Kenapa gx di kasih alat pake tenaga air aja?
Ya..ampun, ternyata masih ada saudaraku di wonogiri yang belum bisa menikmati listrik di era milenium ini. Sekedar usul aja mbok pemda wonogiri atau Instansi terkait berikan bantuan Genset, biar bisa dipake rame2 dari pada “ngganthol” ke desa tetangga banyak resiko dan biaya..