piye kabare bro

infowonogiri.com – WURYANTORO- Bak jamur di musim hujan, akhir akhir ini banyak bermunculan spanduk, poster, baliho famlet dan media luar ruang dalam bentuk lain, yang terpasang di tepi-tepi jalan raya yang dianggap strategis.

Media luar ruang itu antara lain menyampaikan pesan promosi (pengenalan) baik berupa produk barang, jasa maupun pesan politis.

Sudah hal yang wajar jika produk barang atau jasa diperjualbelikan melalui media luar ruang. Dan sekarang, menjadi hal yang wajar juga ketika produk politik “diperjualbelikan” pula. Atau paling tidak dipromosikan melalui media media tepi jalan.

Tentu semua penjual pasti ingin menyampaikan produk barang atau jasa atau politik yang mereka tawarkan adalah barang yang berkualitas bagus, baik dan nomor satu. Semua “ngecap” menjadi yang terbaik dan nomor satu.

Jualan pesan politis disampaikan melalui media tepi jalan ini, banyak dilakukan oleh bakal calon anggota legislatif mulai DPRD II Kabupaten Wonogiri, DPRD I Provinsi Jawa Tengah, dan DPR RI dan Bakal Calon DPD RI.

Ada yang menarik perhatian mata pengendara. Ada yang mencuri perhatian pengguna jalan. Ada juga yang gak menarik. Ada pula yang tak mencuri perhatian. Ada yang cerdas. Ada yang kritis. Ada yang lucu. Ada yang melankolis.

Papan balio atau poster itu seperti tampak di jalan Raya Selogiri, Raya Wonogiri, Wuryantoro, Ngadirojo dan daerah lain lain.

Nah ini poster yang menarik atau tidak terserah anda?! Sebuah baliho memasang gambar mantan presiden RI almarhum Soeharto. Poster itu membandingkan masa orde baru dengan reformasi. Ada pula poster yang menampakkan gambar presiden pada masa orde lama.

Gambar-gambar alm Soeharto tidak hanya dipasang di tepi jalan. Tetapi banyak juga stiker yang terpasang di kendaraan roda empat atau lebih. Bahkan saat ini sudah mulai marak dijadikan hiasan kaos oblong.

Siapa sesungguhnya yang memulai memasang? Apa maksudnya? Apa pesan yang ingin disampaikan? Bagaimana sikap DPPKAD Kabupaten Wonogiri?

Ini pendapat penulis. Pertama patut diduga poster tersebut dipasang oleh orang-orang yang menrcintai masa lalu. Paling tidak merindukan almarhum Soeharto. Mereka ingin mengenang masa lalu. Karena sudah tidak mungkin kembali ke masa lalu. Tidak mungkin pula menghidupkan kembali Soeharto -agar mencalonkan presiden- pada Pilpres 2014 mendatang. Tetapi mereka ingin menghidupkan “suasana” politis pada masa lalu.

Ada satu pesan yang harus dipikir secara logika yang sehat. Benarkan pesan “Piye kabare lee…jik penak jamanku toh” dalam poster tersebut? Ukuranya dilihat dari mana?

Coba ingat-ingat harga sembako saat itu murah. Pada tahun 1985-1990. Misalnya beras Rp.350/Kg. Bahan Bakar Minyak, Premium Rp.750/liter. Solar Rp.500. Minyak Tanah Rp.250/liter.  Sepeda onthel 350 ribu RRT (pit jengky). Pit motor Rp.750 ribu. Tetapi pada waktu itu, meski semuanya murah, daya beli masyarakat rendah.

Pegawai negeri guru SD/MI, sepeda motor saja tidak punya. Sepeda pancal saja tidak semua punya. Pit Jengky saat itu menjadi kendaraan mewah, husus untuk sekelas kepala sekolah. Itu di beberapa daerah di Wilayah Kabupaten Wonogiri, Sukoharjo dan lain lain. Beras jatah PNS guru yang bau apek dan berkutu saja, terpaksa dimasak saat itu. Kalau mau beras enak, maka beras jatah itu ditukar (dijual dengan cara barter) dengan beras petani. Saat itu beras petani sebagian organik. Berbanding 10kg : 4 kg beras jatah dengan organik.

Jaman sekarang kesejahteraan guru -apalagi- kepala sekolah. Ramupakat. Hora umum. Rata rata memiliki dua sampai tiga sepeda motor. Untuk Kasek minimal 1 mobil Carry Futura. Di Kota-Kota besar, Kasek SD-SMP paling tidak mobilnya Xenia, Avanza, Grand Livina, Ertiga. Belum termasuk TNI, POLRI. Mau pilih mana? Enak mana? Mau kembali ke tempoe doeloe? Atau mau majoe? Ini waktunya bulan puasa romadhan. Jawablah dengan JUJUR. Jangan sampai tersesat! (Tim IW)

By Redaksi

5 thoughts on “Cermati Poster-Poster Promosi Menyesatkan”

Tinggalkan Balasan