WONOGIRI-Bupati Wonogiri Danar Rahmanto memastikan tidak akan terlibat langsung dalam kegiatan budaya Kirab Pusaka dan Jamasan Pusaka yang rencananya akan digelar Minggu (19/12) besok di Wadug Gajah Mungkur Wonogiri. Tidak hanya Bupati, jajaran Muspida dan jajaran Kepala Dinas juga direncanakan tidak akan terlibat langsung pada iven tahunan itu.
Inilah salah satu perbedaan agenda budaya Wonogiri saat ini dengan tahun tahun sebelumnya. Kepastian ketidakterlibatan Bupati dan pejabat Muspida terungkap dalam rapat kordinasi panitia kirab pusaka dan jamasan pusaka Wonogiri 2010, di ruang data Setda Pemda Wonogiri, Jumat (17/12).
Belum diketahui alasan pasti apa yang melatarbelakangi Bupati Danar dan pejabat Muspida dan Satuan Perangkat Kerja Daerah (SKPD). Namun diperoleh kabar, Bupati Danar dan jajaran Muspida tetap akan menghadiri acara tradisi Jawa, Mangkunegaran itu. Danar akan memerankan diri sebagai tamu kehormatan sekaligus penonton. Panggung kehormatan akan didirikan di kanopi Pasar Kota Wonogiri. Pun para pejabat SKPD, bukan sebagai pejabat melainkan sebagai anggota masyarakat.
Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Bambang Haryadi menjelaskan seremoni ruwatan dan jamasan tetap dilaksanakan. “Bupati, Pejabat Muspida dan SKPD tidak terlibat langsung pada acara kirab, jamasan maupun ruwatan pusaka,” tutur Bambang.
Menurut Bambang, semua proses kirab, jamasan dan ruwatan akan dilaksanakan oleh Himpunan Keluarga Mangkunegaran (HKMN). “Bupati hanya menyaksikan kirab dari panggung kehormatan, juga pejabat lainnya,” lanjutnya.
Bambang menyakini Kirab pusaka akan lebih meriah dari pada tahun lalu. Potensi budaya di 25 kecamatan di Kabupaten Wonogiri akan pertontonkan. Tim seni dan budaya dari Subosukawonosraten (Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri , Sragen dan Klaten) turut diundang dalam kirab. Ada lagi kirab Solo Batik Carnival dan mahasiswa ISI Surakarta.
Kirab akan menampilkan 47 bentuk peserta seni pertunjukkan termasuk kelompok pecinta mobil VW dan Corona. Pun kirab dari keraton. Prosesi penyerahan pusaka dari Kecamatan Selogiri dan Girimarto tetap akan dilaksanakan di pendapa rumah dinas Bupati. Namun yang menerima bukan bupati melainkan dari pihak Mangkunegaran. Lalu dikirab menuju Lapangan Sukorejo dilanjutkan ke obyek wisata Waduk Gajah Mungkur untuk dijamas.
Seperti diberitakan, hengkangnya agenda budaya dari Kabupaten menimbulkan pro-kontra, menyusul kebijakan bupati baru Danar Rahmanto yang menggantikan Begug Poernomosidi. Kebijakan baru ritual budaya, seperti ritual larung sesaji kepala sapi tlah diganti dengan kepala ayam dan hasil bumi di Pantai Sembukan Paranggupito. Bupati Danar juga berkeinginan tradisi budaya lain yang berbau mistik diminta dihilangkan. Danar juga tidak akan mengagendakan budaya berbau mistis selama dia menjabat. Namun bila masyarakat tetap menyelenggarakan tidak dilarang. (bsr)
Bupati Danar Rahmanto, sebagaimana tradisi bos yang baru, akan selalu berusaha menghapus jejak bos sebelumnya. Ia kini lagi melakukan aksi “de-begugisasi.” Tetapi toh upayanya untuk mengambil jarak terhadap penyelenggaraan acara tradisional ini, efektivitasnya dipertanyakan.
Sebaiknya Danar Rahmanto berani ambil prakarsa baru, walau tak mudah, untuk me-rebranding Wonogiri, sesuai tuntutan jaman. Ketika di era Begug pernah diadakan kirab 1000 keris, saya telah menulis surat pembaca seperti tertera di bawah ini. Moga bisa menjadi bahan obrolan atau renungan, untuk memajukan Wonogiri kita.
Kirab 1000 Komputer
Dimuat di Harian Kompas Jawa Tengah,
Kamis, 13 April 2006
Setelah wayang, tahun ini UNESCO menetapkan keris Indonesia sebagai maha karya dunia. Saya tidak tahu apa dengan alasan itu Pemkab Wonogiri (12/2) menyelenggakan ritus jamasan pusaka dan diikuti kirab 1.000 keris. Pelaku kirab adalah siswa SLTP/SLTA Wonogiri yang hanya berbaris pasif, tanpa seni happening, dengan masing-masing membawa sebilah keris.
Kirab itu berkesan hanya sebagai acara tempelan. Jauh dari praksis memberikan penyadaran atau edukasi. Karena sama sekali tidak ditunjang dengan kegiatan ceramah, diskusi, pemutaran film, lomba karya tulis sampai workshop pembuatan keris sebagai karya seni dan warisan budaya. Intinya, merupakan kegiatan edukatif menjauhkan generasi muda Wonogiri dari pemikiran gugon tuhon seputar keris yang kental berselimutkan aura mistis, misterius, yang disebarluaskan dari mulut ke mulut atau sinetron. Ingat kasus penipuan menyangkut jual-beli keris yang dianggap sakti dan bertuah yang menimpa seorang cerdik pandai asal Semarang.
Alangkah idealnya bila selain kirab 1.000 keris juga disertai kirab 1.000 buku favorit pelajar, sampai kirab 1000 komputer di Wonogiri. Generasi muda Wonogiri harus pula diajak untuk berorientasi ke masa depan. Kalau kirab keris hanya sebagai tempelan acara ritus jamasan pusaka yang disukai generasi-generasi tua, apalagi kental bernuansa aura mistis, generasi muda Wonogiri tidak memperoleh manfaat apa-apa.
Terutama dikaitkan dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia di mana menurut Menteri Negara Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal tanggal 7 Desember 2004 tersaji data pahit : dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah ternyata Wonogiri termasuk sebagai daerah tertinggal. Ngelus-elus dan menjamas keris saja jelas tidak menyumbang perubahan apa-apa !
Bambang Haryanto
Warga Epistoholik Indonesia
Wonogiri 57612
Sy sangat setuju dgn kebijakan pak bupati danar dan seharusnya semua lapisan masyarakat wonogiri pun harus menyetujuinya karena buang sesaji atau budaya mistik peninggalan nenek moyang sudah tdk berlaku lg di jaman sekarang terlebih sebagian warga wonogiri mayoritas muslim, karena perbuatan tsb dosa besar syirik yg telah tertulis di dalam Al-qur’an dan Al-hadist dan Allah SWT sulit mengampuninya serta terhalang masuk surganya Allah SWT. Oleh sebab itu mari semua elemen masyarakat berfikir maju bukan kembali di jaman jahilliyah bukan dgn hawa nafsu atau mengikuti kebiasaan org banyak atau mengikutu tradisi nenek moyang kita yg jelas bukan dari Islam melainkan budaya hindu, budha, animisme dan dinamisme, pastinya akibat perbuatan tsb banyak sudah manusia yg di sesatkan di dunia dan akhirat belum lg perbuatan tsb dapat menyebakan bencana yg datang bertubi-tubi seperti gagal panen, banjir, kekeringan kurang air, banyak pengangguran, susah beli beras dan yg paling mencolok maraknya perbuatan mesum hingga pelosok wonogiri. Maka dari itu tinggalkan semua perbuatan nenek moyang tsb yg tdk pernah membawa ketentraman, kokoh keimanan Islam, banyak mengikuti taklim atau pengajian, rajin membaca serta mempelajari Al-qur’an dan Al-hadist bukan belajar buku primbon, gamelan, wayang, masalah weton, hari baik dsb, ramaikan masjid, mushalla serta tegakkan shalat lima waktu. Bila semua masyarakat wonogiri sudah meninggalkan budaya jahilliyah nenek moyang dan kembali ke jalan Allah SWT dan beriman niscaya musibah dan azab akan jauh dari bumi wonogiri dan kemajuan dari bidang ekonomi, olahraga dan pemerintahan dsb akan mengalami kemajuan pesat, Allah SWT sudah membuktikan itu semua kdp kita tp kita selalu ingkar dan sombong kpd Allah SWT
dan Allah SWT tdk akan pernah mengingkari janjinya itu pasti.