infowonogiri.com-NGADIROJO-Seorang pelajar kelas VII SMP Negeri 1 Ngadirojo meninggal dunia di kolam renang Tirta Makmur Ngadirojo, Minggu (13/11). Dialah Adimas Bambang Lasminto (14) anak angkat satu-satunya (anak tunggal) pasangan Tarusianto (67) dan Karmi (58) warga Dusun Wonorejo RT 01 RW 14 Desa Gedong, Kecamatan Ngadirojo.
Informasi yang dihimpun infowonogiri.com mengemukakan, kecelakaan di kolam itu terjadi sekitar pukul 09.00. Hari itu Adimas datang ke kolam renang bersama beberapa kawannya untuk belajar renang di Kolam Tirta Makmur Jl. Arifin 11 Ngadirojo Wonogiri. Saat itu kolam renang masih sepi pengunjung. Bahkan petugas keamanan pun belum datang.
Namun karyawan lainnya mempersilahkan Adimas dan lima orang kawannya masuk ke dalam kolam. Awalnya Adimas dkk tidak menemui masalah, karena mereka bermain air di kolam yang dangkal, hanya sekitar 50 cm. Saat asik bermain, Adimas terperosok ke kolam sedalam 180 cm. Diduga antara kolam dangkal dengan yang dalam tidak ada pengamannya.
Karena belum mahir berenang, Adimas tenggelam dan kesulitan untuk mengendalikan tubuhnya. Kawan-kawannya berusaha menolong dengan galah, namun tidak berhasil. Kemudian kawanya meminta tolong kepada Surati (40) karyawan bagian dapur, dan Ana karyawan kasir kolam tersebut.
Namun upayanya gagal. Bahkan tubuh Adimas menghilang. Kemudian kedua karyawan kolam tersebut meminta tolong kepada orang lain. Datanglah dua orang yakni Galih (30) pelatih renang asal Pokoh, Gudang dan Badrun (42) cleaning servis kolam tersebut.
Sekitar pukul 09.30 tubuh korban berhasil dievakuasi. Kondisi korban saat itu dalam keadaan sudah koma, sekarat. Kemudian korban dilarikan ke rumah sakit Medika Mulya Ngadirojo. Namun upaya untuk menyelamatkan korban tidak berhasil. “Baru mau diperiksa, tubuh korban sudah dinyatakan positif tidak bernyawa,” ujar Paryanto kerabatnya.
Paryanto menambahkan, Adimas adalah anak tunggal-anak angkat, karena ditinggal pergi orang tua aslinya. Orang tua angkatnya Tarusianto (67) dan Karmi (58) adalah petani buruh sapu di UD. Sumbertani. Pagi saat sarapan bersama, ibunya berpesan agar tidak bermain terlalu jauh. Usai sarapan, justru Adimas pergi tanpa pamit.
“Juga sempat minta ditetak (disunat). Ibunya menjanjikan 20 Januari 2012,” ujar Paryanto. Takdir berkata lain. Hari itu adalah hari terakhir ia hidup di dunia. Kedua orang tua angkat dan para palayat yang telah menunggu tak kuasa menahan duka saat jenazah kembali dari rumah sakit. Tangisanpun meledak. Hari itu juga jenazah dikebumikan di pemakaman Wonorejo.
Kapolres Wonogiri AKBP Ni Ketut Swastika melalui Kapolsek Ngadirojo AKP Darmanto mengemukakan, korban tidak cepat tertolong karena tidak ada petugas keamanannya. Air juga keruh. “Hasil penyelidikan kondisi kolam airnya keruh. Kolam itu juga belum berijin. Petugasnya juga tidak ada, jada ada unsur kelengahan atau kelailaian,” katanya. ([email protected])
di wonogiri banyak dibangun kolam renang di jadikan sebagai salah satu sumber mata pencaharian bukan pokok namun demikian bisa memberikan kontribusi yang signifikan disaat musim kemarau dan liburan sekolah,hendaknya yang konsen dengan bisnis ini haruslah mempunyai pengawas yang mahir berenang agar peristiwa ini tidak terjadi lagi
.menurut saya tidak begitu ceritanya
.saya ada ditempat wktu kejadian berlangsung
.saat itu, korban dan kawan2nya brmain di area kolam 150-180cm
.saya yg berada satu kolam tidak menyadari kalau ada yang tenggelam disitu
.teman2 korban ada yg membawa galah ke kolam pun tdk bilang kalau ada tman.nya yg tenggelam
.baru brp lama kmudian teman korban melapor
.kejadian sekitar jam 10-11