sunarko2infowonogiri.com – SLOGOHIMO – Namaku Sunarko. Aku dilahirkan di Surabaya. Umurku 51 tahun. Jenis kelaminku, lelaki. Aku mempunyai saudara lima orang. Aku anak nomor dua. Statusku duda. Aku, dulu berdomisili di Malang Jawa Timur. Kemudian merantau mengadu nasib ke Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) alias Jogja.

Di Jogja aku tinggal nempel nempel, alias sebagai tuna wisma. Terkadang kalau aku pas punya duwit. Saya ngontrak atau ngekos. Sehari hari aku bekerja serabutan sebagai juru parkir alias tukang parkir. Kadang kalau parkir pas sepi, aku bekerja menjadi tukang tambal ban. Terkadang aku juga membantu Dinas Kebersian DIY, sebagai tukang angkut sampah.

Upah buruh sebagai tukang sampah, hanyalah barang rongsokan. Itu aku lakukan selama tujuh tahun.  Aku bersyukur, karena aku selama di Jogja bisa menabung. Dengan uang tabunganku itu aku ingin menggapai cita cita-ku. Yaitu ingin mengelilinggi pulau Jawa dengan mengendarai becak yang aku punya.

Becak-ku ini, aku beli tiga tahun lalu seharga Rp.500 ribu. Uang itu adalah hasil jerih payah hasil mengumpulkan rongsok dari sampah rumah-rumah mewah. Aku membeli becak itu dari temanku. Temanku waktu itu sedang sangat membutuhkan uang untuk membiayai istrinya yang akan melahirkan anaknya.

sunarkoBecak-ku, waktu baru aku beli bagus sekali. Penuh dengan variasi. Karena itu becakku, menjadi barang antik dan menarik. Kala itu, di Jogja becak-ku, sering dipakai mejeng para turis dari manca Eropa dan turis manca negara berfoto-foto yang sedang melancong di kota Gudek.

Tepat pada tanggal 16 Desember 2012, dengan tekat bulat aku memulai berpetualang mengelilinggi pulau Jawa. Aku hanya membawa bekal perlengkapan bengkel becak. Aku membawa uang saku hasil tabungan Rp.1,3 juta. Pada pagi hari masih mruput(pagi), tepat pukul 05.00 Wib, aku berangkat keluar dari Jogja. Arah pertama yang saya tuju adalah kota Kabupaten Purworejo.

Kemudian ke Kota Magelang, Semarang, Tegal. Masuk ke Jawa Barat aku melalui Kota Cirebon, Indramayu, Karawang, Purwakarta, Bandung, Sumedan. Lalu kembali lagi ke Cirebon. Tegal Semarang, Demak, Kudus, Rembang. Kemudian masuk Jawa Timur, yaitu Kota Tuban, Lamongan Gresik, Surabaya, Mojokerto Nganjuk, Madiun, Ngawi, Sragen, Solo.

Sampailah di Kota Mete Wonogiri pada Sabtu (16/2/13). Dari Kota Wonogiri ke arah Timur, sampailah di Kota Kecamatan Slogohimo. Capek rasanya melintasi jalanan kota Wonogiri. karena jalannya naik turun, banyak tanjakan tinggi, dan turunan curam. Ngeriiii rasanya. Sepanjang perjalanan baru kali ini jalanannya naik turun menakutkan seperti ini.

Selama perjalanan, setiap hari, aku mulai mengayuh becak dari pukul 05.00 Wib setelah shalat Subuh hingga siang, istirahat saat mendengar arzan dzuhur. Istirahatnya di masjid atau musholla. Istirahatku biasanya sampai shalat asyar. Kemudian aku lanjutkan lagi sampai terdengar kumandang adzan magrib. Namun lihat kondisi cuaca. Apabila hujan aku lebih memilih berteduh. Sampai benar benar hujan reda. Dari pada sakit akibat hujan hujannya, lebih baik tertunda perjalanannya.

Kalau aku sakit kan nanti siapa yang mau mengobati? Pada waktu malam hari, saya mampir tidur di kantor pos penjagaan, di emperan depan toko, atau pasar. Kadang juga di warung kosong dan kadang di masjid jika mendapatkan ijin dari takmirnya.

Bercerita soal pengalaman selama perjalanan. Aku punya sedikit pengalaman yang bisa kueritakan. O ya, ada yang hampir lupa. Selama mengayuh becak, aku tidak pernah terburu-buru. Santai saja. Kalau terasa capek ya istirahat dulu. Nah saat istirahat sejenak itulah, aku mampir di warung pinggir jalan, istilahnya warung tempel. Warung PKL jarang lah.

Nah, makanan di jalur Pantura harganya mahal mahal. Kwalitas jalannya jelek. Kalah mulus dengan jalan di Jawa Timur. Di Jawa Tengah banyak rintangan. Jalanannya naik turun. Paling ganas Purwakarta sampai Bandung.

Akupun pernah mengalami kecelakaan di Sumedang. Pada posisi jalanan turun dan curam. Ban becak–ku meletus. Jalannya menjadi oleng lalu menabrak tebing. Untungnya suasana jalan pas sepi. Waktu itu aku mengalami luka lecet. Bekas luka itu sampai sekarang masih ada.

Nah jalanan di Wonogiri termasuk ganas, tetapi tidak seganas di wilayah Purwakarta sampai Bandung. Dari Wonogiri, rencananya nanti aku mau meneruskan perjalanan ke arah Ponorogo, Madiun, Ngajuk, Kediri, Tulungagung, Blitar sampai ke Malang. Di Malang  rencankua mau mampir sowan ke ibu-ku, mbak-ku, dan keponakanku. (nano)

By Redaksi

One thought on “Tuna Wisma Keliling Jawa Dengan Becak”

Tinggalkan Balasan