WONOGIRI-Sedikitnya dua orang dari 558 pasein demam berdarah (DB) berakhir meninggal dunia akibat serangan virus yang penyebarannya melalui nyamuk sejenis aides aegipthy. Kedua pasien yang meninggal adalah warga Kecamatan Baturetno dan Pracimantoro. Sementara sebanyak 556 pasien DB terselamatkan, yang tersebar di 25 Kecamatan se Kabupaten Wonogiri.
Laporan tersebut dikemukakan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) melalui Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL), Tutik Darsari, Rabu (15/12). “Itu rekap sepanjang Januari – Nopember 2010, jumlah pasien DB ada 547 orang, dua diantaranya meninggal dunia. Untuk bulan Desember laporan belum kami rekap,” ujar Tutik Darsari.
Data yang diperoleh wartawan ini, pasien DB sepanjang Desember ada sebanyak 11 orang. Adalah Suwarno (46), Siti Utami (18), Kamiyem (60), Maryani (28), Asmini (41), Viki (7bln), Fandi (2), kakak beradik Toni (23) dan Jati (35), dan Margono (35) warga RT 02 RW RW 13 Dusun Pelem Desa Purwosari Kecamatan Wonogiri Kota, lalu Danar bin Mardi (10) warga RT 02 RW 14 Pelem Purwosari Wonogiri Kota serta Danar Dwi Dwi Susetyo asal Pracimantoro.
Salah satu dari 11 pasien DB tersebut, yakni Suwarno (46) masih menjalani r inap awat di bangsal Aster BLUD RS Soediran Mangun Sumarso (SMS) Wonogiri. Istri Suwarno, melaporkan masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya akhir akhir ini resah, menyusul kian banyak warga yang menderita sakit seperti demam berdarah. “Suaminya saya sudah empat hari di rawat di sini (RS, red), yang lainnya ada 10 orang namun sudah pulang semua,” kata Nyi Suwarno.
Menurutnya warga telah melaporkan ke bidan Desa, Puskesmas Wonogiri Kota, namun hingga kini belum ada tindaklanjutnya dari Puskesmas maupun DKK. Dia berharap agar lingkungan sekitar dilakukan pengasapan (voging). “Kami sudah laporan, tapi belum divoging. Warga sudah resah. Kalau tidak ada dana warga siap patungan untuk membiayai voging,” kata Nyi Suwarno.
Sementara Darsari menyatakan, sebelum DKK mem-voging terlebih dahulu harus dipastikan terlah terjadi endemic DB, jika belum ada kepastian maka tidak akan dilakukan pengasapan. Menurut Darsari, Voging bukan jalan terbaik. Voging adalah jalan terakhir. Sebab voging berdampak buruk bagi lingkungan. Dampaknya yaitu pencemaran dan resistensi nyamuk (nyamuk jadi kebal).
Menurut Darsari, petunjuk mem-voging telah ditetapkan oleh lembaga kesehatan dunia (WHO) terlebih dahulu, dengan criteria minimal ada peningkatan kosentrasi kasus (hemo kosentrasi) dan trombosit tropeni. “Jalan terbaik tampa efek samping adalah pemberantasan sarang nyamuk (PSN),” pungkas Darsari. (bsr)
Judulnya Oke!