infowonogiri.com – BATURETNO – Namanya Tugi, umurnya 72 tahun. Perempuan sebatang kara. Tanpa suami, tanpa anak, tanpa saudara. Tugi tidak memiliki tanah pekarangan, tegalan maupun sawah pertanian. Tugi tinggal di Dusun Tenggar RT 02 RW 10 Desa Karangtengah Kecamatan Baturetno.
Tempat tinggalnya di sabuk hijau (green belt) di tepi sungai anakan Bengawan Solo WGM. Bisa disebut gubuk magersari (menumpang) di tanah pekarangan milik Negara. Rumah Tugi tidak jauh dari Pasar Kota Baturetno, berjarak sekitar 3 KM di sisi Utara. Dari arah Utara, setelah jembatan Jangglot Baturetno masuk gang ke barat sekitar 1,5 KM.
Rumahnya di sisi utara jembatan tenggelam perbatasan Desa Karangtengah dengan Desa Gambiranom. Tugi menempati gubuk ukuran 2×3 Meter. Gubug itu didirikan secara gotong royong yang digagas oleh Zainudin pedagang pasar, dan Supri petani Desa setempat. Hasilnya, gubug tersebut cukup untuk berteduh dan memasak.
“Ini (gubug) bantuan warga Baturetno yang peduli,” ujar Zainudin. Gubug itu beratap genteng, berdinding anyaman bambu/gedhek, daun pintu dari kayu limbah, semua bantuan dari warga. Lantai rumah asli tanah liat. Gubug itu disekat menjadi dua, untuk kamar sekaligus ruang tamu dan dapur.
Saat ini Tugi membutuhkan sumur, mandi cuci kakus (MCK) dan listrik. Hajat hidup setiap hari disalurkan dengan mendompleng tetangganya. Kalau merasa tidak enak, terpaksa ia menyalurkan di pekarangan atau di sungai yang berjarak belasan meter dari rumahnya. Namun itu mengancam keselamatannya.
Sebab jika terpelanting ke sungai Bengawan Solo, maka mengancam jiwanya. Karena Tugi tidak bisa berenang. Jika malam, untuk menerangai kegelapan malam, ia hanya menyalakan lampu senthir berbahan bakar minyak tanah (mitan). Mitan itupun saat ini sulit didapatkan. Usaha meminta strum listrik ke rumah tetangga ditolak warga.
Tugi juga tidak punya pekerjaan. Sehari-hari ia bekerja mencari kayu bakar di tepi WGM untuk memasak nasi. Untungnya ia dijatah raskin 5kg/bulan. “Itulah pendapatan tetap satu-satunya,” kata Udin di hadapan Hj. Endang Maria Anggota Komisi E DPRD I Provinsi Jawa Tengah.
Tugi pernah bersuami, Sukidi namanya, namun telah meninggal dunia. Tugi juga dikaruniai seorang anak lelaki. Kini tinggal di Surabaya, namun tidak pernah pulang. Ia pernah tinggal di rumah anaknya di Surabaya. “Disana ngontrak rumah kecil ditempati bersama istri dan lima anaknya, saya tidak betah,” kata Tugi.
Endang mengatakan akan berusaha mencarikan solusi agar Tugi bisa menempati rumah layak. Setelah mendapatkan rumah, tugas selanjutnya adalah memikirkan bagaimana Tugi bisa menyukupi kebutuhan sehari-harinya. Dinas Sosial Pemda Wonogiri Sungkono melalui Stafnya Djarot Kristanto akan membicarakan masalah itu bersama pimpinan. [[email protected]]
bantulah sesama