WONOGIRI-Meski curah hujan di wilayah hulu sepecan ini cenderung meninggi, namun sejak Senin (10/1) kemarin, debit pembuangan air dari pintu Wadug Gajah Mungkur dikurangi. Semula 150 meter kubik per detik kini hanya 50 meter kubik per detik. Ketinggian semula muka air waduk 135,32. Sampai Senin pukul 12.00, ketinggian air 135,34 meter dengan debit keluaran yang masih sama. Ketinggian itu hampir mendekati normal, yakni 135,30 meter.
Kepala Divisi Jasa Asa IV Perum Jasa Tirta (PJT) Bengawan Solo I Winarno Susiladi mengatakan penambahan dan pengurangan jumlah keluaran air sangat tergantung pada curah hujan di hulu. Ditambah melihat kondisi air di hilir. Sehingga untuk memastikan sampai kapan pintu dibuka atau ditutup sangatlah sulit.
“Pembukaan pintu air dilakukan bila ketinggian air waduk sudah di atas normal. Seiring dengan naiknya air maka pintu waduk dibuka secara bertahap. Pembukaan pintu waduk harus dilakukan karena untuk memberi ruang bagi waduk jika terjadi banjir dari hulu. Selain itu juga demi keamanan terhadap tubuh bendungan. Semua sesui prosedur. Pintu akan ditutup bila ketinggian air sudah mencapai 135,30 meter,” katanya.
Sementara dari data pukul 18.00 Minggu (9/1), ketinggian air mencapai 135,38 meter dan dibuka dengan debit air 150 meter kubik per detik. Dengan begitu hingga kemarin siang ketinggian air cenderung menurun. Namun semua bisa setiap saat berubah bergantung pada curah hujan di hulu. Selain pintuk waduk, air juga dialirkan untuk menggerakkan dua turbin di pembangkit tenaga listrik. Dengan debit 62,2 meter kubik per detik per pukul 12.00 kemarin.
Dibukanya pintu waduk selalu dinanti oleh mereka yang hobi memancing. Begitu pun saat pintu waduk ditutup. Bila saat dibuka kebanyakan adalah pemancing ikan besar, maka saat pintu ditutup pencari ikan kecil yang muncul.
Sardi (45) salah satu pemancing yang kemarin memancing di sekitar bawah pintu waduk mengatakan tidak mudah memancing ikan besar seperti Jambal (patin). Semua hanya untung-untungan. “Untung-untungan saja. Memancingnya kan tidak pakai umpan. Hanya kail uluran besar yang ditalikan ke sepanjang senar pancing,” katanya.
Dengan kata lain, kail itulah yang akan menancap pada tubuh ikan. Jumlah kail yang ditalikan ke senar bahkan mencapai puluhan. Dengan potongan besi ditalikan di ujung sebagai pemberat. Pancing yang dilempar ke tengah lalu diayun sembari senar digulung. Jika beruntung maka ikan akan tertancap kail. “Tapi tidak mudah. Saya yang sudah tiga bulan ini memancing dengan cara ini belum satupun ikan didapat,” kata Agus (32) pemancing lain.
Namun bagi mereka yang mendapat, satu saja sudah dinilai berhasil. Jika tidak dijual, biasanya ikan akan dimasak sendiri. “Ini saya tadi sejak pagi benar di sini. Dapat satu. Ada kalau tiga kilo. Dimasak sendiri. Kalau dijual satu kilo biasanya Rp 10 ribu sampai Rp 12 ribu,” jelas Bambang (56) pemancing asal Ngadirojo. (bsr)