infowonogiri.com-WONOGIRI-Ini pendapat pribadi seorang Kasatlantas Polres Wonogiri AKP Joeharno SH berdasarkan pengalamannya menjadi anggota polisi selama 20 tahun lebih. Menurutnya, tidak ada perintah atau keharusan shalat Idul Fitri dilaksanakan di kampung halaman.
Dan tidak ada larangan melaksanakan shalat Idul Fitri di perantauan.“Saya belum pernah menemukan dalil Al Quran maupun Al Hadis yang memerintahkan agar shalat idul fitri dilaksanakan di kampong halaman dan tidak ada larangan shalat Idul Fitri di tempat perantauan,” tutur AKP Joeharno pria asal Rembang Jawa Tengah yang mulai bertugas di Wonogiri sekira dua bulan ini.
Tetapi perintahnya, menurut Joeharno- adalah setiap orang islam dan beriman yang sudah dewasa wajib melaksanakan puasa selama sebulan penuh dan memperbanyak zikir, amal ibadah dan menutupnya dengan membayar zakat fitrah dan zakat mal sebelum shalat id. “Sebetulnya kalau mau jujur, sebagai manusia biasa, saya merindukan lebaran kumpul bersama keluarga,” akunya.
Berkaitan dengan lebaran dan tugasnya sebagai Kasatlantas Polres Wonogiri, Kasatlantas Wonogiri selama menjadi Polisi 20 tahun lebih tidak pernah melaksanakan shalat idul fitri bersama keluarga di kampong halaman bersama keluarga setiap tahun.
Ada peristiwa unik yang dialami oleh ayah dua anak ini, Hardika Rangga Samara dan Larafon Anggita Purbaningtyas.Apa itu ?, suatu ketika pasal hari lebaran Joeharno sengaja pulang ke kampong untuk sungkem kepada orang tuanya. Maksud dan tujuannya tidak lain adalah ingin lebaran dan berbakti kepada orang tua. Tetapi apa yang terjadi, ibu kandungnya memarahi Joeharno dan menyuruhnya kembali ke markas dan bertugas untuk melaksanakan PAM Lebaran.
“Ternyata ibu saya sudah tahu dan paham sekali bawha polisi setiap tahun setiap lebaran tugasnya adalah PAM Lebaran. Ibu saya marah dan menyuruh saya agar segera kembali ke pos penjagaan. dari agar saya tidak dimarahi komandan,” begitu Joeharno meniru ucapan ibunya. Cerita soal suka dan duka sebagai anggota polisi khususnya di Korp Zebra (Polisi Lalulintas), Joeharno jujur mengakui lebih banyak sukanya dari pada dukanya. Menurutnya polisi lalulintas spesisifikasinya lain dari pada fungsi kesatuan yang lain. Polisi berkerja selama 24 jam, meskipun di luar jam kerja tetap saja korp kepolisian melekat disandangnya.
“Selama 24 jam Insting dan jiwanya tetap polisi, nalurinya harus selalu kesiapsiagaan dan kewaspadaan. Anggota lantas tidak boleh ego sektoral,” katanya. Anggota Polantas harus bisa memberikan masukan untuk sector atau fungsi kesatuan lainnya, Sat Intelkam, Sat Reskrim Satsamapta. Contohnya, meskipun di rumah di warung emperan tetap saja dia Joeharno adalah polisi.
“Kita tidur saat orang lain melek. Kita melek saat tidur orang lain tidur,” katanya. Itulah sebagian dari tugas polisi melayani mengayomi dan melindungi masyarakat. Riwayatnya, Joeharno Rembang 9 Oktober 1964. Pendidikan sarjana hukum. Istri Siti Nurasiah ibu dari Hardika Rangga Samara dan Larafon Anggita Purbaningtyas, yang sedang kuliah semua. Pendidikan Polri Secapa Reguler angkatan ke 26 Resimen Wira Surya Cendikia (WSC) 1999.
Pengalaman bertugas, 20 tahun di Polwil Pekalongan, selama itupula menjadi anggota Satlantas.Empat kali dari 7 Polres se Polwil Pekalongan dan dua Kali menjadi Zebra 1 (Kasatlantas) yakni di Polres Pekalongan dan Wonogiri. ([email protected])