GGLINK-NEWS-WONOGIRI-Manusia berkelainan jiwa pun memiliki cinta kasih. Di Dusun Sepangan RT 03 RW 03, Gemantar, Selogiri tinggal sepasang pria-wanita yang diduga berkelainan jiwa, yang saling mencintai. Adalah Tukiyo (40) dan Siti Sekar (20). Keduanya hidup serumah tanpa ikatan perkawinan sah.
Tukiyo menderita stress kambuhan. Sedangkan Siti Sekar jelas stress berat. Tukiyo mengaku, bertemu Siti di Begajah, Kabupaten Sukoharjo, dua tahun yang lampau. “Saya dan Siti tidak menikah. Sudah dua tahun serumah. Saya kasihan melihat wanita cantik kok gila, saya ajak pulang, ” ujar Tukiyo, Minggu, (14/11).
Sejak saat itu keduanya saling mencintai saling mengasihi. Sungguh sungguh. Dari cinta dan kasih yang sungguh lahirlah makluk Tuhan paling sempurna. Anaknya dinamai Nur Kinasih. Lahir bertepatan dengan hari Pahlawan Rabu (10/10) lalu. Proses persalinan tampa bantuan bidan atau dokter kandungan.
“Bidan dating setelah bayi itu berada di luar,” ujar Tukiyo. Bayi itu terlahir premature, baru 7 bulan. Bayi itu kini dirawat di Perinatologi BLUD RS dr Soediran Mangun Sumarso (SMS) Wonogiri. Belum berat badan dan panjang badan bayi. Pihak RS sudah dikonfirmasi namun Nur Kinasih belum diperkenankan dijenguk.
Sementara, Siti ditemui di rumahnya, tepatnya bukan rumah, melainkan gubuk, karena tidak layak huni, tidak bisa diajak berkomunikasi verbal. Padangan matanya kosong. Ditanyai kapan melahirkan, pun tidak dihawab Siti.
Kembali ke Tukiyo, selain Siti, Tukiyo bukan kali pertama mengajak pulang orang gila. “Saya mengajak pulang sudah sebanyak 19 wanita gila. Saya kasihan melihat orang gila di jalan jalan, tidak diurus, siapa kalau bukan saya, gak ada yang mau,” tuturnya, lirih.Namanya orang gila, Siti jarang mandi. Hanya seminggu sekali, itupun tidak pasti. Tidak jarang Tukiyo memandikan Siti jika sedang membutuhkannya. Kini Tukiyo hanya berharap dia tetap sehat bisa berkerja. Dia juga berharap kelak akaan merawat anaknya. Namun jika pihak rumah sakit melarangnya, Tukiyo tidak akan memaksakan kehendaknya.
Selama ini, Tukiyo sehari hari mengais rongsok lalu dijual ke pengepul. Itu dilakukan di wilayah Wonogiri, di luar kota Solo Raya dan DIY Jogjakarta, dengan sepeda onthel. “Kalau saya cari rosok, Siti saya tinggal, saya kunci dari luar rumah,” tutur berkisah.
Terpisah, Wagimin Ketua RT 03 RW 03 mengemukakan, Tukiyo pernah sekolah di SMP pada 1982, saat itu dia pernah menderita stres karena mencari “ilmu” untuk menyembuhkan sakit stroke yang diderita ibunya. Kini ibunya tinggal di Bandung bersama anaknya yang lain.
“Tukiyo tinggal di rumah hanya dengan Siti. Tukiyo kadang tampak stres tapi kadang normal. Perilaku orangnya baik. Warga memaklumi kondisi Tukiyo dan Siti. Bahkan warga sering membantu member materi maupun makanan,” pungkasnya. ([email protected])