infowonogiri.com-WONOGIRI-Kebayang gak? Menekuni jualan jagung bakar selama 20 tahun? Coba hitung berapa hari. Sebulan anggap saja ada 30 hari. Setahun ada 12 bulan. Tiga puluh hari kali 12 bulan, jumlahnya 360 hari. Maka 360 hari dikalikan 20 tahun, ketemunya 7.200 hari.
Itulah profesi yang digeluti oleh Supanto (65) warga lingkungan Cubluk Kelurahan Giritontro. Jualan jagung bakar selama 7200 hari yang lalu, hingga sekarang. Dia berjualan jagung sejak 20 tahun di trotoar sisi barat di Jl Jendral Sudirman Wonogiri, tepatnya di depan Kantor BCA Cabang Wonogiri.
Berarti sejak tahun 1990an, sampai sekarang masih saja berjualan jagung bakar di sisi selatan pasar Kota Wonogiri. Ayah tiga anak itu menceritakan, waktu itu harga kulakan jagung Rp.30 perbuah. Lalu dijual matang Rp.50 setelah diolesi sedikit garam, gula dan sambal.
Nah saat ini harga kulakan jagung Rp.700 perbatang. Lalu dijual matang Rp.1500 perbatang. Menurutnya, kalau jaman dulu bumbunya hanya garam sambal dan gula kelapa. Jaman sekarang bumbu lebih lengkap lagi, ada garam, gula halus, sambal, bloeband, penyedap rasa dan lain lain.
Jadi jagung bakar matang rasanya berbeda beda tergantung permintaan pembeli. Mau rasa asin, manis, pedas, atau campuran dari semua atau sebagian rasa yang ditawarkan Supanto. Agar jagungnya enak, Supanto memilih jagung manis yang dia beli di Pasar legi Solo. Tentu yang dipilih jagung muda.
Kok jauh belinya di Solo? Apa di Wonogiri kagak ada? “Wonogiri itu adanya gaplek. Itu jagung Boyolali,” tutur Supanto suami Suparti. Omset semalam berapa? “Kira kira 50 batang, paling banter 60 batang. Untungnya gak ada Rp.50 ribu, kan bumbu beli, arangnya juga kulakan,” pungkasnya sambil menyodorkan pesanan jagung bakar ke pembeli. ([email protected])