infowonogiri.com-WONOGIRI-Orang tua siapa yang tak sedih manakala melihat anaknya dirundung duka berkepanjangan. Seperti yang dirasakan Sugiman (75) dan ibunya Mukiyem (65) warga Dusun Plosorejo Desa Jatimarto Kecamatan Ngadirojo, ketika mendapati anaknya Sri Yatmi (35) tiba tiba melahirkan jabang bayi, padahal ia tidak mempunyai suami.
Namun Sugiman tidak bisa berbuat banyak. Pasalnya selain Sugiman sudah tua renta, dia juga tidak mempunyai pengalaman untuk mengurusi masalah yang sedang dihadapinya. Secara fisik juga sudah tidak kuat lagi. Secara ekonomi juga tidak mampu. “Saya itu sudah tidak muda lagi. Dulu waktu muda saya perkasa, apalagi saya kuli, dulu berpengalaman merantau kemana mana. Kalau saya masih kuat, orang orang itu (pelaku) tak keplekne (dibanting),” kesalnya.
Rasa kesal itu melihat kenyataan yang dialami anaknya, ia hanya memendamnya. Demikian pula dengan istrinya, Mukiyem. Dia berharap kepada para pelaku yang pernah meniduri anaknya bertobat dan sadar, lalu bertanggungjawab. Paling tidak, bukti tanggungjawab yang diinginkan dari para pelaku adalah mau memberikan nafkah untuk anak hasil perbuatannya.
Selain kepada para pelaku, Sugiman juga berharap banyak kepada tokoh masyarakat setempat dan perangkat Dusun mau peduli mengatasi masalah yang kerap terjadi di wilayahnya. “Saya hanya ingin melihat Kadusnya turun tangan, mengambil tindakan tegas. Setiap perkara jangan dibiarkan selesai dengan sendirinya, didemdem thok, tampa ada tindakan tegas,” katanya tampak kesal.
Sugiman tidak hanya sekedar berharap. Namun Sugiman mengaku sudah berupaya melalui pendekatan langsung kepada keluarga pelaku dan tokoh masyarakat agar memberikan jalan yang terbaik bagi anaknya Sri Yatmi. “Jangan hanya memberikan kemudahan bagi pelaku, tapi bagi kami pihak perempuan dibiarkan jadi korban, saya gak mau rame sudah tuwa mari dibicarakan baik baik,” katanya.
Terpisah Kadus Polosrejo Suwarti (44) sudah dikonfirmasi di rumahnya, Sabtu (11/6/11) lalu. Suwarti berpendapat, kehamilan Sri Yanti hamil kali ketiganya memang selalu tidak diketahui. Diketahuinya baru setelah dia melahirkan. Kemungkinan menurutnya karena Sri Yatmi tubuhnya gendut dan karena kebiasaan berpakaian longgar, sehingga tidak terlihat jika sedang hamil.
Setelah ketahuan Sri Yatmi melahirkan anak tampa suami, Suwarti mengaku langsun turun menyikapinya. Antara lain membicarakan dengan perangkat Dusun dan Rukun Tetangga. Terlebih masalah itu menjadi kabar yang berdampak meresahkan. Jalan yang ditempuh menyelesaikan secara damai masalah itu antara keluarga pria yang menghamili dengan pihak keluarga Sri Yatmi.
Antara lain pernah menanyai Sri Yatmi apakah mau jika dijadikan sebagai istri kedua oleh pelaku? Namun Sri Yatmi menyatakan tidak mau menjadi istri kedua dari pria yang menghamilinya. Alasannya karena merasa kasihan kepada keluarga pelaku. Karena itu, kemudian Suwarti menawarkan solusi kedua. Yaitu agar pelaku mau membayar sejumlah uang untuk biaya persalinan semampunya.
Penawaran kedua tampaknya direspon keluarga Sri Yanti. Namun solusi kedua tersebut belum dilaksanakan oleh pihak keluarga pria yang mengahamilinya. Alasannya karena belum mempunyai uang. Kesanggupan dari pria yang mengahmili Sri Yanti, menurut Suwarti baru sebatas perjanjian lisan, belum dilakukan secara tertulis dan bermaterai. “Saya mengakui, memang kesanggupan dari Pak Tj (menyebut nama) belum secara tertulis, tapi sudah ada kesanggupan,” tandasnya. (bsr) (bersambung)