WONOGIRI- Satu lagi PR (pekerjaan rumah) yang sulit dan rumit bagi Bupati Danar Rahmanto. Selain proyek wisata wahana air Water Boom Nawang Wulan yang mangkrak, juga ada satu lagi proyek pembangunan Pangung Budaya Permanen di alun alun Giri Krida Bhakti Wonogiri yang belum jelas statusnya, dibongkar atau dilanjutkan. Sampai kinipun Bupati belum bersikap.
Di kalangan masyarakat terjadi beda pendapat. Di kalangan pejabat terjadi beda pemahaman dan kalangan politik terjadi pra kontra. Bagi yang bependapat panggung itu lebih baik dibongkar karena mengggap pembangunannya non procedural, tidak melalui mekanisme perijinan dan juga dinilai lebih banyak mudorotnya.
Ketua DPC Persatuan Artis Musik Melayu Dandut Indonesia (PAMMI) Wonogiri Mulyanto, Jumat (18/2) berpendapat agar panggung itu tetap dipertahankan oleh Bupati yang baru Danar Rahmanto. Alasannya, panggung itu praktis dan efektif bagi penyelenggaraan pentas seni dan budaya tampa menyewa mahal panggung bongkar pasang yang harganya mencapai Rp. 1-2 jutaan.
Alasan lain, sebagai salah satu bentuk dan upaya menghargai karya dan gagasan orang lain, utamanya Begug Poernomosidi sebagai penggagas pembangunan panggung tersebut. “Mikul dhuwur mendem jero. Bupati lama Begug Poernomosidi perlu dihargai gagasannya. Panggung itu ninggali untuk anak cucu kita nanti,” katanya tanpa mau melihat legal formalnya. Dia berharap baik pejabat maupun rakyat yang berpikir seje silit seje anggit,ganti pemimpin ganti kebijakane.
Beda pula pendapat jamaah masjid At Taqwa, Ramaita Izramaita Hatta. Ramaita menyarankan pembantu Bupati Wonogiri kepala dinas/kantor agar memberikan masukan yang benar kepada Bupati Danar berdasarkan gagasan dan ide yang realistis dan normative, tidak berdasarkan kepentingan politis dan pragmatis. Sehingga kebijakan bupati sesuai aturan main.
Pro kotra juga terjadi di kalangan anggota DPRD Wonogiri. Seperti antara Abdullah Robbani dengan Setyo Sukarno. Abdullah mendesak agar Bupati membongkar panggung itu, alasannya illegal dan tidak membawa maslahat bagi umat. Sedangkan Setyo Sukarno menginginkan agar dipertahankan. Alasannya panggung itu bermanfaat banyak bagi pecinta seni dan budaya di Wonogiri.
Seperti diberitakan sebeumnya , bahwa Panggung permanen itu dibangun oleh CV Lansung Bapak tanpa melalui perijinan, sejak sekitar 10 bulan silam. Pembangunan panggung itu hingga kini belum kelar dan terhenti setelah Pemilukada lalu. Kalangan LSM memprotesnya karena meyakini panggung itu tidak dilengkapi IMB. ([email protected])