WONOGIRI-Penyesalan selalu dating belakangan dan cenderung terlambat. Itupula yang dirasakan tiga dari empat orang pelaku perampokan blantik yang kemarin ditimpes jajaran Resmob Satreskrim Polres Wonogiri.
Adalah Larto Wiyono alias Kemis (50) warga Dusun Tanjung Desa Punduhsari Kecamatan Manyaran, Sugimin alias Sugito (50) warga Tunggul Desa Gunungan Kecamatan Manyaran, Agus Yulianto alias Agus Tato (30) warga Popongan Kabupaten Karanganyar dan Kartono (43) warga Widoro Kidul Bendung, Semin Gunungkidul, DI Yogyakarta.
“Ampuuuun pak, saestu pak kulo mbonten nate maling, nembe sepindah meniko. Yen kulo ngertos akibate ditembak mekaten kulo mboten purun dijak njambret, (Jangan pak, benar pak saya tidak pernah mencuri, baru sekali ini. Kalau saya tahu akibat mencuri ditembak seperti ini sakitnya, saya tidak akan pernah mau mencuri,” ujar Sugimin alias Sugito memelas saat diinterogasi Kasatreskrim Polres Wonogiri AKP Sugiyo, kemarin.
Sugimin mengatakan jatah uang yang dia terima dari hasil merampokpun tidak seberapa. Dia mengatakan menerima hanya Rp.500 ribu. Sudah sedikit, kakinya tertembus pelor panas. Ya, di kaki kanan Sugimin bersarang peluru senjata api polisi. “Mereka terpaksa saya lumpuhkan karena tidak kooperatif saat kami tangkap,” tegas Sugiyo mewakili Kapolres AKBP Drs Nanang Avianto MSi.
Tidak hanya Sugimin yang kapok, berjanji tidak akan mencuri lagi! Larto Wiyono alias Kemis juga menyatakan pertobatan yang sama. Pedagang warung wedang hik di Bulu Kabupaten Sukoharjo itu menceritakan, ia terpaksa merampok karena bingung menanggung hutang, tidak banyak sebenarnya. “Saya terpaksa mencuri karena tidak punya uang untuk menebus motor yang saya gadaikan,” katanya.
Kemis mendapatkan bagian Rp.1,5 juta dari uang hasil merampok blantik sapi. Uang itu digunakan untuk menebus motor Rp.750 ribu, selebihnya Rp.500 ribu untuk membayar hutang ke istrinya yang dipinjam beberapa hari sebelum merampok. Sedangkan sisanya Rp.250 ribu habis untuk jajan dan membeli bensin. Praktis hasil merampok tak tersisa, apalagi ditabung.
Lain lagi dengan alasan Agus Tato. Pria dua anak ini, terpaksa mencuri karena bingung tidak mempunyai pekerjaan tetap yang menghasilkan uang banyak. Sementara istrinya hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga mengurusi anak anaknya yang masih duduk di sekolah dasar. Jatah uang hasil merampok Agus hanya mendapatkan Rp.1,5 juta. “Saya sebenarnya hanya diajak. Yang ngajak Mbah Kemis. Saya nurut saja, kebetulan saya bingung selalu gak punya uang,” kata Agus yang tubuhnya dipenuhi telah dibathik.
Nasib yang agak berbeda disyukuri oleh Kartono. Kartono kedua kakinya utuh, tidak terkena tembakan peluru polisi. “Saya ditipu tidak dikasih uangnya. Semua uangnya dibawa pelaku yang kabur. Sama mbah Kemis saya juga tidak dikasih. Tapi saya malah bersyukur, Alhamdulillah saya tidak ditembak,” aku Kartono polos.
Seperti diberitakan, aksi perampokan menimpa blantik sapi Wastini (46) warga Desa Pelem Kecamatan Semin Kabupaten Gunungkidul DI Yogyakarta, tejadi di Kecamatan Manyaran Selasa (14/12), dengan kerugian Rp.18 juta dan 2 unit HP. Tidak butuh lama hanya 1 x 24 jam 4 pelaku ditamkap, Rabu (15/12) lalu. Tiga diantaranya mendapat bonus satu peluru, dua lainnya buron. (bsr)