WONOGIRI-Namanya, Warsono, umurnya hamper 40 tahun. Tempat tinggalnya di Desa Pondok Kecamatan Ngadirojo. Dia sudah mempunyai istri seorang bernama Nani (30) dan telah dikaruniai dua anak, kebetulan perempuan semuanya. Anak pertama 16 tahun dan yang kedua 6 tahun.
Di kala sebagian orang masih berada di rumah, Warsono sudah beranjak dari rumahnya menuju ke Pasar Kota Wonogiri, kira-kira pukul 04.30. Warsono ke pasar bukan untuk belanja atau jajan, melainkan dia hendak mencari nafkah.Yah, Warsono adalah tukang panggul atau kuli angkut di Pasar Kota Wonogiri. Sebuah pekerjaan yang halal bahkan mulia. Membantu kerepotan orang lain. Warsono bekerja membantu membawakan barang dagangan orang lain, dari dalam keluar pasar atau sebaliknya. Baik itu barang milik pedagang maupun milik pembeli di pasar Kota Wonogiri.
Setiap hari setiap jam selalu saja ada orang yang membutuhkan jasa Warsono. Tetapi Warsono tidak sendirian di sana. Dia juga mempunyai banyak teman yang seprofesi sebagai penjual jasa pangul. Jumlahnya ada belasan orang, bahkan ada sekira 30 orang.
Meski banyak kawan, namun semua kuli panggul mendapatkan jatahnya masing masing. Bayaran yang diterima Warsono dan kawan kawan, tentu berbeda satu sama lain. Biasanya standarnya, untuk sekali angkut Rp.2 sampai Rp.3 ribu. Kisaran pendapatnnya pun nyaris sama, minim Rp.30 ribu perhari, jika sedang rame bisa mencapai Rp.50 ribu perhari.
Mereka tidak berebut satu sama lain. Kebiasannya, setiap kuli telah mempunyai pelanggannya berbeda satu sama lain. Sehingga mereka tidak saling berebut. Jika sedang sepi bahkan mereka duduk bersama di sudut pasar, ngetem menunggu antrian pelanggan.
Pekerjaan ini menuru Warsono dirasakan tidak berat. “Saya bekerja setiap hari setiap pagi berangkat, dan baru pulang sekira jam satu siang, sampai rumah masih bekerja lagi sebagai petani, ya ngarit dan lainnya,” tutur Warsono yang mengaku selalu memberikan penghasilannya kepada istri tercintanya, setiap dia pulang bekerja.
Namun Warsono, Sabtu (19/12) kemarin tidak bisa pulang tepat waktu. Warsono pun, kemarin telah memberitahukan kepada istrinya. “Saya sudah tilphon istri saya, hari ini saya pulang agak sore. Karena hari ini mau menerima bantuan sembako dari Kabupaten,” ujar Warsono.
Tidak hanya Warsono, demikian halnya cerita yang disampaikan oleh Parso (49) warga Desa Conto Kecamatan Bulukerto. Yang berbeda dengan Warsono, Parso tinggal menetap di dalam pasar Kota. Setengah bulan sekali atau sebulan sekali baru nyambangi istrinya dan tiga anaknya di rumah.
Hari itu Warsono dan Parso juga kawan kawan yang lain sebanyak 55 orang termasuk tukang becak di Wonogiri dikumpulkan untuk menerima bantuan berupa satu paket sembako, dua amplop dari dari Dharmawanita Kabupaten Wonogiri.Kegiatan Sosial itu dipimpin oleh Ny Annajib Thohari Asisten III mewakili Setda Kabupaten Wonogiri. Bahkti social digelar dalam rangka memeringati HUT Dharma Wanita ke 11 tahun. rangkaian kegiatan lain telah digelar sebelumnya. (bsr)