infowonogiri.com-WONOGIRI-Berdirinya kios Anjungan Tunai Mandiri (ATM) BRI tampa ijin mendirikan bangunan dan ijin gangguan lingkungan di taman Pasar Kota Wonogiri menimbulkan kecemburuan dan pertanyaan dari kalangan masyarakat Wonogiri.
Ada pula yang mempertanyakan sikap profesionalisme pengelola bank yang mengklaim diri sebagai banknya rakyat Indonesia itu.Misalnya seperti dikemukakan oleh Auliya pedagang lantai III pasar Kota Wonogiri, Wandono pedagang pakian di lantai I pasar Kota Wonogiri, Ny Tutik Sugiyarto warga Donoharjo Wonogiri. Bahkan ketua Ketua Perhimpunan Pedagang Pasar Wonogiri Kota (Perdasari) Utomo Honru Suryanto secara jujur mengatakan pihaknya sangat menyesalkan Pemerintah yang diam saja melihat fakta itu.
“Apa bedanya Perusahaan BRI dengan PKL (Pedagang Kaki Lima) dan Pedagang Oprokan (pedagang yang tidak punya tempat resmi),?” ujar Auliya. Auliya mengaku, meski sebagai pedagang oprokan, namun dia membayar retribusi dan membayar uang kebersihan keamanan dan lainnya setiap hari. Dia sendiri ingin memiliki lahan di pasar barang satu dua meter, namun ternyata perijinannya harus lengkap dan biaya yang tidak sedikit. Hal itu pun diurungkannya.
“Pertantaannya, kalau BRI kok mudah dapet lahan itu di depan di posisi yang strategis? Caranya bagaimana? Sekarang ATM BRI sudah berdiri, apa tukang karcis pasar ya nunggui di ATM atau datang ke BRI meminta uang retribusi pasar, keamanan dan kebersihan?” tanya Auliya kritis.
Ketua PERDASARI sayangkan berdirinya BRI di taman Pasar Kota.
Sedangkan Wandono pemilik kios pakian yang bersebalahan dengan ATM BRI itu, menuding pengelola BRI Cabang Wonogiri hanya mau menang sendiri, maunya untung sendiri tampa memerhatikan pihak lain. “BRI kan perusahaan besar. Uangnya banyak. Suruh beli kios gak mau, suruh ngontrak gak mau. Maunya cari yang murah, pakai murah. Mungkin sewanya murah hanya 100 ke atas disampaikan 1000 lebih,” ujar Wandono.
Menurut Wandono, jelas jelas di lantai I masih banyak kios kosong karena tidak ditempati pemiliknya dan bahkan akan dijual. “Tetapi mengapa BRI tidak membeli kios yang kosong itu, atau ngontrak saja. Kan masih banyak kios kosong yang strategis menghadap ke jalan raya, mengapa? tanyanya. Kios kosong, misalnya Chandra Kirana, Mira, Toko Ninik yang berdekatan dengan ATM BRI itu.
Terpisah Ketua Perdasari tidak memberikan sikap yang jelas dan tegas. Bahkan Perdasari terkesan pragmatis dan politis, sama sekali tidak menunjukan sikap normativenya. “Kalau saya berpikir positif saja. Saya melihat asaz kemanfaatnya saja, perkoro prosese ra bener ya, biar dinikmati ketidak benerannya. Cuma saya sayangkan pembangunannya tampa pemberitahuan ke Perdasari,” akunya.(bsr)