infowonogiri.com-JATISRONO-Dua orang warga kampung Dusun Jelok Desa Sumberejo Kecamatan Jatisrono hidup dalam “pemasungan” selama puluhan tahun. Yaitu Tukijem (30) warga RT 03 RW 02 lingkungan setempat, dan Kasriyanto (47) bertetangga dengan Tukijem.
Tukijem “dipasung” dalam sebuah kamar . Kamar tersebut, terletak di belakang rumah. Kamar itu dibuat dari sebuah anyaman bambu, atau sering disebut gedek. Kamar itu tidak lebih baik dari sebuah kandang hewan raja kaya.
Kamar Tukijem berlantaikan tanah liat, tanpa pintu. Ada sebuah lubang yang mirip seperti jendela, tanpa tutup. Namun Tukijem bertahan di dalamnya, tidak pernah keluar dari kamarnya. Jikalau saja Tukijem tergolong orang waras, tentu wanita tambun itu bisa kabur dari dalam pasungan.
Tampak jelas, jika Tukijem sedang mengalami sakit jiwa. Ia tidak mampu berkomunikasi dengan baik, dengan siapapun termasuk dengan wartawan yang menyoba menyapanya. Namun dia tahu siapa nama dirinya. “Tukijem,” begitu ia menjawab ketika ditanyai siapa namanya, Selasa (6/12).
Kemudian mengajak salaman wartawan. “Bagus…bagus…salaman,” begitu setiap bertemu dengan orang yang mendekatinya, ia selalu mengajak salaman. Setelah salaman dia meminta uang atau makan. Hanya itu yang bisa ia ucapkan.
Lebih dari itu, tidak banyak yang bisa diucapkan atau dilakukan, kecuali mengamuk jika kelaparan, paling tidak berteriak-teriak atau memukul-mukul apa yang ada di sekitarnya. Hal lain yang bisa dilakukan, adalah kencing dan berak, itupun dilakukan di dalam ruanganya. Bahkan memakai pakaian saja kesulitan. Sehingga ia lebih sering bertelanjang siang malam.
Kepala Desa Sumberejo, Budi Sunarto, mengemukakan, Tukijem adalah anak ragil, kelima dari lima bersaudara. Ayahnya bernama Darso (90), dan ibunya bernama Miyem (70). “Aku ra iso lemu mas. Repot ngurusi mbah kakung (suaminya) yang jompo, dan anak saya ini,” katanya.
Menurutnya, anaknya “dikamarkan” sejak ia masih berumur 10 tahun-an. Orang tuanya khawatir jika tidak dikamarkan, akan membuat onar dan merasahkan warga tetangganya.
Sehari-harinya Tukijem makan sendiri. Untuk urusan makan berapapaun porsinya, pasti dihabiskan, jika dituruti. Apa saja makanan dan lauknya pasti dilahap. Selama ini, menurutnya, Tukijem tidak pernah sakit secara fisik.
Miyem mengatakan pernah berusaha mengobatkan anaknya itu, dengan berbagai cara. Namun belum berhasil. “Katanya sih ada iblisnya. Kalau minum sukanya air gentong,” tutur Miyem. Untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, ia mengandalkan pemberian dari anaknya yang bekerja di Jakarta.
Sementara Kasriyanto (47) dipasung di dalam kamar khusus, selama tujuh tahun ini, di rumah milik orang tuanya yang kosong. Ayahnya sudah meninggal dunia, ibunya tinggal bersama anaknya. Kasriyanto sehari-hari dirawat oleh adiknya, Kasno (44).
Penyebabnya, menurutnya, Kasriyanto pernah mengalami sakit keras, panas tinggi, setelah usia sekolah kelas 6 SD. Sehari-harinya Kasriyanto terdiam tampa suara, hanya tiduran di dalam ruangannya. Tujuan dikamarkan agar tidak menggangu tetangga. “Ini ujian bagi kami,” kata tiga bersaudara ini. ([email protected])