infowonogiri.com-WONOGIRI-Namanya Hadi Wiryono. Umur sudah 61 tahun. Tinggal di Lingkungan Jamban RT 1 RW 09, Kelurahan Ngadirejo, Kecamatan Eromoko. Tinggal berasma istrinya Warti (55) dan mertuanya, Wartono (87). Hadi Wiryono sedang mendapatkan ujian berat. Sangat berat. Hampir separuh wajahnya rusak berlubang. Patut diduga disebabkan karena penyakit. Namun entah penyakit apa. Dokter saja belum bisa memberikan keterangan.
Ujian itu berawal hanya dari sebuah bisul kecil yang tumbuh di sisi kanan hidungnya. Namun kini merusak wajahnya secara drastis, dalam dua tahun terakhir. Penyakit itu menggerogoti daging dan kulitnya. Dari lubang mulutnya hingga mendekati telinga kananya hilang, disebabkan bisul, luka bisul itu terus melebar. Dari luka tersebut mengeluarkan nanah. Akibatnya beberapa giginya rontok karena gusinya termakan virus yang belum diketahui jenisnya itu. Dampak lain dia kesulitan berkomunikasi. Suara yang keluar dari mulutnya sengau atau seperti bindeng.
Ceritanya, bisul itu muncul kali pertama pada tahun 1998 silam. Akibat penyakit tersebut, Hadi merasakan sakit dan gatal setiap hari, terutama pada bagian wajahnya. Selain itu, yang dirasakan lebih berat adalah Hadi measa malu dan bingung, bagaiamana cara mengobatinya. Dia pernah datang ke Puskesmas untuk berobat. Namun pihak Puskesmas belum menemukan obatnya.
Dokter Puskesmas juga sudah berupaya memberikan obat dan masker. Namun hingga kini belum tampak ada perubahan. Kini yang dilakukan Hadi hanya berusaha membersihkan caiaran nanah yang kelaur dari lubang mulutnya. Tujuannya agar tidak mengeluarkan bau anyir. Caranya ia menyeka dengan kain yang dibasahi dengan air hangat.
Hadi mengaku tidak terlalu merasakan sakit, akan tetapi dia merasakan gatal dan terkadang seperti ada sesuatu yang menjalar atau berjalan di dalam wajahnya. “Kadang-kadang gatal, kadang seperti ada yang bejalan-jalan di wajahnya. Soal makan juga tidak ada masalah, yang penting lauknya ada kuah, dan harus pakai sendok,” katanya Sabtu (15/10).
Meski menderita sakit seperti itu, Hadi tetap bekerja. Yaitu mencari rumput dengan mengendarai sepeda kebo miliknya. Namun kalau terlalu capai, Hadi merasakan syaraf di wajahnya seperti kaku atau tegang. Dampaknya menjadi terasa sakit. “Jadi saya selalu menjaga agar tidak terlalu capai, itu saja,” katanya.
Upaya lain untuk mengobati penyakit itu, ia sudah pernah berobat selama dua tahun 2008-2009 menggunakan kartu Jamkesmas berobat ke RS dr. Sardjito Yogyakarta. Sejak tahun 2010 hingga 2011 ia tidak berobat lagi. Alasannya karena tidak mempunyai biaya. Selama pengobatan, ia mengaku sudah menghabiskan uang sedikitnya Rp.7,5 juta. Dia berharap, ada dokter dan dermawan yang berkenan mengobati dan membiayainya.
Ketua RW XI, Kartoyoko mengatakan, warga tetangagnya yang berjumlah 60 kepala kelaurga (KK) pernah mengumpulkan dana untuk mengobati Hadi, tetapi ditolaknya. “Biasanya kalau ada warga yang opname, warga membantu. Tapi warga sini hanya ada 60 KK, jelas sangat tidak cukup. Anak-anaknya di Jakarta, juga sudah membantu,” terangnya. ([email protected])