infowonogiri.com-GIRIMARTO-Ribuan pohon kako (kopi coklat) di Kecamatan Girimarto diserang penyakit helopeltis. Helopletis menyebabkan buah kakau menjadi berwarna hitam, berbintik-bintik, buahnya kerdil dan biji buahnya kecil. Bahkan sebagian banyak kulit buah kakau berulang. Kondisi itu antara lain ditemukan di perkebunan kakao di Desa Waleng Kecamatan Girimarto.
Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Kabupaten Wonogiri Ir Sujarwadi MM melalui Kabid Perkebunan Ir Tugiyo MM membenarkan bahwa perkebunan coklat di sebagian wilayah Girimarto diserang helopeltis.
Tugiyo menjelaskan, munculnya helopletis disebabkan karena kurang pemangkasan pada tanaman kakau. Sehingga kelembaban menjadi tinggi. Otomatis sinar matahari tidak menyinari batang pohon dan buahnya. Penyebab lain adalah kurangnya sanitasi. Solusinya, antara lain adalah perlu dilakukan pemangkasan pada ranting pohon kakau.
Cara mengatasinya pertama dengan menggunakan beperia busiana nabati (pestisida nabati), tidak mematikan semut hitam. Sebab semut hitam yang ada pada pohon dan buah kakao berfungsi untuk menyerang helopeltis. Kedua, dengan aplikasi detomil dalam bentuk tepung sebagai pengendali terakhir.
Buah kakao yang menghitam bisa jadi dikeranakan terkena PEBEKA (Penggerek buah kakau). Ciri-cirinya, buah kakao masak muda, bijinya lengket, jika buahnya digoyang atau dikocok tidak menimbulkan bunyi dan kulitnya belang-belang. Hal itu terjadi juga karena kurangnya pemangkasan dan sanitasi pada pohon.
Pengendaliannya dengan cara mengaplikasikan beperia busiana nabati, sarungisasi (membungkus) buah kakao sejak buah masih kecil. Tujuannya agar buah kakao terhindar dari serangan helopeltis. “Kami sudah sering mensosialisasikan masalah ini,” ujar Tugiyo. Tugiyo menambahkan, cara lain menghindari helopeltis adalah buah harus sering dipanen.
Sebab kalau terlalu lama akan memudahkan helopeltis muncul. “Usahakan seminggu sekali. Sebab ciri khas kakao itu panenanya lumintu, tidak mengenal musim,” katanya. Secara kimiawi memberantas helopletis adalah dengan menggunakan detin kimia powder (tepung).
Diluar itu, Tugiyo memaparan, di kabupaten Wonogiri terdapat empat wilayah kecamatan yang menjadi sentra penghasil kakao. Yakni kecamatan Girimarto, Ngadirojo, Jatipurno dan Manyaran. Mulai tahun 2011 ini, pemerintah mengembangkan di beberapa kecamatan lain, yaitu di Slogohimo, Puhpelem, Bulukerto, dan Kismantoro.
Tahun ini, wilayah Desa Waleng Kecamatan Girimarto mendapat rehablitasi Gerakan Nasional (Gernas) Kakao. Rinciannya untuk intensifikasi seluas 300 hektar dan peremajaan 100 hektar. “Untuk rehabilitasi mendapatkan bantuan bibit kakao 1 hektar 1000 batang, penanamannya mendapat bantuan Rp.750/batang,” ujar Tugiyo. ([email protected])