infowonogiri.com-JATIPURNO-Tragis! Sriyanto (38) meninggal dunia akibat kecelakaan kerja saat menggali batu tras di wilayah Desa Kembang, Kecamatan Jatipurno, Sabtu (29/10). Peristiwa yang terjadi sekira pukul 09.00 itu, disaksikan oleh ayahnya sendiri, Suwito (69).
Sriyanto meninggal dunia di tempat kejadian perkara (TKP) akibat luka parah pada bagian kepala dan punggungnya. Sriyanto adalah warga RT 01 RW 02 Desa Kembang, Kecamatan Jatipurno. Informasi yang dihimpun dari kepolisian dan lokasi kejadian mengemukakan, kecelakaan itu disebabkan karena batu tras yang digali oleh ayah dan anaknya mengalami longsor. Material longsoran batu menimpa kepala dan tubuhnya Sriyanto.
Sriyanto saat itu posisinya berada persis di bawah tebing, tidak bisa menghindari kuwintalan material batu. Ayahnya yang berada di bagian atas tebing yang ditambang tidak sempat mengetahui jika tebing yang digalinya rawan longsor. Kapolres Wonogiri AKBP Ni Ketut Swastika melalui Kapolsek Jatipurno AKP Noor Akhmad Kholis mengemukakan Sriyanto dan Suwito berangkat kerja pada pukul 07.00 WIB. Kecelakaan terjadi pukul 09.00 WIB. Tubuh korban berhasil dievakuasi pukul 10.00 WIB. Lokasi tebing galian setinggi tujuh meter di area tebing atau bukit. Ayahnya berada sekitar lima meteran dari lokasi galian. Saat sedang menggali tebing material diatasnya longsor menimpa anaknya. “Ini murni akibat kecelakaan,” kata Kapolsek.
Proses evakuasi dilakukan oleh warga tetangganya. Posisi korban ditemukan tengkurap. Hasil pemeriksaan medis, korban terluka parah di kepala dan sekujur tubuhnya. Tulang hidung dan rahangnya patah. Tengkuk dan seluruh bagian tubuhnya tampak memar. Lokasi penambangan terhitung berjarak sekitar 500 meter dari rumah Sriyanto. Baik Sriyanto
maupun ayahnya berangkat kerja mengendarai sepeda motor. Dilanjutkan jalan kaki menuruni lereng ke sisi timur dari rumah duka.
Kepala Seksi Ketentraman dan Ketertiban Kecamatan Jatipurno Untung mengatakan, di Desa Kembang ada dua lokasi tambang. Yaitu Dusun Ngrenak dan Dusun Sapatan. “Sebenarnya sudah tidak layak ditambang. Tapi korban menambang untuk memperbaiki rumah,” jelasnya. Setelah terjadi musibah ini, Pemerintah Desa sepakat menutup lokasi pertambangan untuk sementara waktu. Korban meninggalkan satu anak seusia SD. Sedangkan istrinya merantau di Bandung. Jenasah segera dimakamkan setelah istrinya kembali. ([email protected])