infowonogiri.com-WONOGIRI-Terhitung, hingga Kamis (27/10), Marno (29) dan Wiyanto (19) sudah empat hari berada di Mapolres Wonogiri. Selama itu pula keduanya menjalani pemeriksaan kepolisian. Mereka diperiksa oleh dua orang penyidik perkara khusus Satreskrim Polres Wonogiri yaitu Susanto dan Basyir.
Sekira pukul 11.45 hingga 12.45 infowonogiri.com mencoba menemui keduanya. Namun tidak bisa langsung menemuinya. Dua orang bersaudara itu berada di ruang isolasi. Ruang tersebut terkunci. Dari luar ruang isolasi, tampak dari balik kaca riben jendela dan pintu, keduanya sedang sibuk beribadah.
Marno sedang duduk bersimpuh sambil berdoa menengadahkan kedua tangannya. Sedangkan Wiyanto tampak sedang berdiri mengerjakan shalat dzuhur. Keduanya sama-sama menghadap ke kiblat. Sekitar 10 menit kemudian, Marno mempersilahkan wartawan agar masuk ke dalam ruangan.
Marno mengaku sudah mengenali wartawan ini. Dia sering melihat ketika wartawan ini datang ke toko komputer di sisi timur SDN1 Wonogiri itu. Menurutnya, rumah Marno hanya bersebelahan dengan toko computer tersebut. Yaitu di sisi utaranya.
“Saya sudah kenal jenengan mas. Karena jenengan sering servis komputer di rumah mas Yadi. Saya juga sering di situ disuruh membantu mas Yadi, bongkar muat komputer,” tutur Marno mengawali obrolannya tanpa diwawancarai terlebih dahulu.
Kemudian Marno menceritakan, sebelum wartawan ini datang, Kepala Sekolah SDN1 Wonogiri, Pamuji bersama sejumlah guru dan karyawannya datang menjengungknya. “Saya malu tapi juga senang pihak sekolah datang menjenguk kami” tambah Marno.
Senangnya, menurut Marno, ia bisa mengutarakan permintaan maaf kepada kepala sekolah dan para guru, murid dan wali murid semuanya. “Saya sebenarnya ingin menulis surat. Saya ingin meminta maaf ke kepala sekolah, guru murid, wali murid dan lingkungan. Semua resah karena ulah saya,” ucapnya terputus putus dan akhirnya menangis.
“Saya benar-benar meminta maaf lahir dan bathin,” ujarnya. “Sungguh saya minta maaf. Saya tidak punya rasa dendam dan benci. Saya akui dulu sempat kecewa anak saya tidak diterima di SDN 1 Wonogiri. Tapi waktu itu (kirim sms) bukan karena itu,” katanya. Lalu karena apa?
Maafkan mungkin iman saya kurang, atau karena ada syetan yang pas lewat waktu itu. “Saya bertobat, tidak akan mengulangi lagi. Sungguh saya tidak sengaja membuat resah semuanya,” katanya lagi. “Saya hanya iseng. Saya tidak mengira akan berdampak seperti ini,” katanya.
Marno adalah warga Salak Giripurwo Wonogiri. Marno tidak sendirian di ruang isolasi Satreskrim. Dia besama keponakannya, Wiyanto (19) warga Desa Karangjoho, Daleman, Nguter, Sukoharjo.
Namun sesungguhnya, keduanya adalah warga penduduk asal Dusun Tileng Desa Gambirmanis Kecamatan Pracimantoro. Marno menikahi pacarnya bernama Maria Astuti (31) warga Salak Giripurwo Wonogiri. Sedangkan Wiyanto bekerja sebagagi karyawan warung mie bakso di Nguter Sukoharjo.
Asal tahu, keduanya ditangkap Resmob Satreskrim Polres Wonogiri Senin (24/10) lalu. Keduanya diduga telah mengirimkan tiga kali SMS berisi terror bom kepada Kepala SDN1 Wonogiri Pamuji. Akibat SMS tersebut kasek, guru dan muridnya ketakutan hingga membubarkan sekolahnya lebih awal. ([email protected])