infowonogiri.com-WONOGIRI- Tanggal 1 Ramadhan 1432 H bertepatan dengan Kalender Masehi 1 Agustus 2011. Mulai Senin (1/8) umat islam, tentu yang beriman, akan melaksanakan ibadah puasa wajib ini. Puasa ramadhan ini akan berlangsung sampai Senin 29 Agustus mendatang. Sesuai kalender Nasional, lebaran akan jatuh pada tanggal 30 Agustus 2011.
Beberapa pekan menjelang puasa ramadhan, pedagang bunga di Pasar Wonogiri mengaku mendapatkan keuntungan cukup banyak, jika dibandingkan berjualan pada hari hari biasa. Sebab sebagian masyarakat Wonogiri masih terdapat tradisi Nyadran atau sering disebut nyekar. Nyadran adalah semacam aktifitas mendatangi makam leluhur orang tua dan atau makam anggota keluarga, maupun tokoh masyarakat.
Nyadran biasa dilakukan pada bulan Sy’ban atau Ruwah. Kultur ritual berbau animisme dan dicampuradukkan dengan agamis itu bertujuan untuk memberikan doa untuk orang yang sudah meninggal dan atau meminta doa kepada Tuhan untuk para leluhurnya. Sebelum doa dipanjatkan, dilakukan ritual bersih bersih makam baik yang bernisan-maupun makam yang tampa nisan, tabur bunga dan minyak wangi.
Di daerah lain, di Kecamatan Cipari Kabupaten Cilacap, Nyadran dilakukan dua kali. Yaitu menjelang bulan puasa Ramadhan dan menjelang hari raya Idul Fitri. Aktifitas Nyadran yang dilakukan masyarakat Cipari nyaris sama seperti di Kabupaten Wonogiri. Yaitu membersihkan makam anggota keluarga yang lebih dulu meninggal, antara lain kakek, nenek, orang tua dan anggota keluarga lainnya.
Nah tradisi Nyadran menjadi cerita tersendiri bagi Nunik (40) warga Kajen Giripurwo Wonogiri. Nunik adalah pedagang bunga (kembang) yang mangkal di Pasar Kota Wonogiri. Ibu tiga anak itu menjajakan bunga di koridor pintu utama Pasar Kota. Dia menyediakan berbagai macam bunga asli, paling tidak jenis bunga yang sediakan ada tujuh warna.
Seperti bunga mawar merah, mawar putih, kanthil, melati, kenanga, pandan, aster merah, aster putih dan beberapa jenis minyak wangi. Selama beberapa pecan menjelang puasa itulah Nunik mendapat untung banyak. “Kalau untung sehari besarannya hanya Rp.20-30 ribu, siapa yang mau jualan kembang. Paling tidak sehari bisa memegang Rp.100 ribu, terkadang lebih dari itu,” katanya.
Nunik tidak jualan sendirian di koridor dekat tangga masu pasar Kota itu. Di sana ada Mbah Karto, Mbah Amat dan Mbah Suli. Tiga nama yang tersebut terakhir pedagang bunga asal Klaten dan Boyolali. Dalam sehari mereka berempat bisa menjual bunga rata rata 5kg. Bunga tersebut, menurut mereka didrop dari Kabupaten Boyolali.
Enaknya berjualan bunga, menurutnya, mereka tidak perlu mencari barang dagangannya. Stok dagangan dikirim oleh semacam peloper. Peloper selain ngdrop bunga, juga mengambil stok bunga yang tidak laku. Biasanya kesegaran bunga hanya mampu bertahan maksimal 4 hari. “Kita terima barang, lalu kita jual. Barang yang tidak laku terjual ditarik diganti yang masih segar,” katanya. ([email protected])