infowonogiri.com-WONOGIRI-Pemerintah Indonesia tengah menggagas untuk mematenkan berbagai jenis tanaman yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku jamu dan obat obatan (herbal) yang tumbuh di bumi pertiwi. Kini pemerintah telah memulai mengidentifikasi berbagai jenis tanaman di berbagai wilayah di tanah air.
Tujuannya untuk mengantisipasi agar tanaman herbal tidak dipatenkan oleh orang lain. “Jangan sampai tanaman herbal dipatenkan oleh orang lain, dari luar negeri,” kata Dr dr Trihono Msc, di kantor PT Deltomed Laboratories (PTDL), Seligiri Wonogiri, Sabtu (21/5/11) kemarin. Trihono hadir dalam rangka menandatangani perjanjian dan kerjasama dengan PT DL dalam bidang penelitian tanaman obat.
Tujuan lain adalah dalam rangka mengangkat jamu sebagai branding produk Indonesia. Langkah yang telah dilakukan Balitbangkes ada tiga point penting. Pertama, mengintegrasikan kedokteran modern secara mandiri. Sehingga produk jamu Indonesia tidak kalah dengan jamu dari India dan Cina. Kedua, sertifikasi dan uji ilmiah agar jelas khasiat dan manfaatnya. Dan, ketiga mengembangkan tradisional secara terpisah.
“Kita harus semangat dan mandiri. Kita jangan tergantung kepada luar negeri. Jamu kita dikonsumsi sendiri saja sudah menguntungkan, tampa menjualnya ke luar negeri. Semua akan maju jika kita kokoh dan mandiri,” yakinnya. Trihono menambahkan, penandatangan perjanjian dan kerjasama penelitian tanaman obat merupakan langkah maju dan penting.
Menurutnya kian tahun tanaman herbal kian naik daun karena memang sangat dibutuhkan masyarakat dunia. Karena itu, Balitbangkes mulai melangkah untuk mematenkan tanaman obat yang tumbuh di tanah air. Antara lain pemerintah meneliti, menginfentarisir jenis tanaman, memetakan dan mendata serta mengidentifikasi jenis dan manfaatnya dalam skala nasional.
Untuk mendukung agar program terlaksana dengan baik, Balitbangkes membutuhkan ketersediaan bahan baku jamu. Oleh karena itu kedepan harus ada semacam “Bulog” bahan baku jamu di berbagai wilayah. Sehingga stok bahan baku jamu tidak akan kehabisan. Dalam rangka membentuk bulog jamu, Balitbang mendorong masyarakat meningkatkan produksi tanaman jamu.
Pada kesempatan itu, Trihono juga membeberkan data hasil penelitian di 33 Propinsi di Indonesia. Dari sebanyak 28 ribu responden, secara kumulatif sebanyak 5 persen meminum jamu setiap hari, sebanyak 35 persen kadang meminum jamu dan sebanyak 60 persen pernah meminum jamu. Dan jamu yang paling banyak dikonsumsi adalah jamu cair, dari pada ekstrak maupun kapsul. “Alasan responden adalah jamu cair lebih segar,” tandasnya.
Terkait dengan wacana pendirian Bulog Jamu, Direktur PT Deltomed Laboratorius, Nyoto Wardoyo menjadi pihak yang berkeinginan untuk mendirikan Bulog bahan baku jamu di Indonesia. Paling tidak, Deltomed siap menjadi penyedia bahan baku jamu untuk beberapa jenis jamu seperti bahan baku yang diproduksi di Deltomed. Bagaimana suka minum jamu?