
infowonogiri.com – WONOGIRI-Perubahan lingkungan dan daya dukung lingkungan adalah sesuatu yang tidak dapat kita elakan. Selain alam mengalami pergerakan yang alami, juga ekspansi manusia terhadap alam makin marak dan cenderung terjadi eksploitasi perubahan tata guna lahanya. Demikian disampaikan oleh Mensos menjelang peninjauan ke lokasi bencana alam tanah longsor di desa Girikikis, Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri, Senin (4/3/13).
Tiada artinya suatu bantuan bila kita tidak serta merta juga berfikir dan bertindak secara arif dalam pengelolaan alam ini. Secara potensi geologis maupun faunanya, Indonesia melimpah dengan sumber pertambangan, energi maupun beraneka tumbuhan. Bila dilihat dari aset ekonomi memiliki nilai trilyunan rupiah mulai dari tambang minyak, batubara, nikel, emas, bauksit maupun tambang lainnya. Demikian juga tumbuhan kayu, rempah rempah yang berguna bagi pembangunan maupun. pengobatan
Dalam rilisnya, Humas Kemensos menjelĂ skan, Kementerian Sosial dalam tugas dan fungsinya memang tidak bersentuhan dengan hal di atas, tetapi lebih bersentuhan dengan penguatan ketahanan sosial warga dalam pemanfaatan dan pengelolaan alam. Di wilayah Indonesia tinggal beragam masyarakat yang secara umum bergerak dalam mata pencaharian pertanian, mulai yang tinggal di pegunungan (upland agrculture), dataran rendah (lowland agriculture), hutan (foresty agriculture), pesisir pantai (fishing). Kehidupan masyarakat tersebut juga bersinggungan secara langsung dengan ekspansi usaha modern di bidang pertanian dan pertambangan.
Ekspansi usaha modern tersebut harus diimbangi dengan penguatan masyarakat disekitarnya agar tidak tejadi bentrok sosial, dan terkikisnya nilai nilai kearifan lokal yang berhubungan dengan pengelolaan alam. Mensos mengingatkan penguatan ketahanan sosial masyarakat dan kearifan pengusaha pertambangan dan pertanian skala besar menjadi sebuah keniscayaan, agar terjalin hubungan yang saling mendudukkan dalam pemanfaatan alam tersebut.
Alasan faktor ekonomi juga jangan menjadikan masyarakat menjadi bagian yang turut serta dalam pengelolaan alam yang berlebihan. Daya dukung lingkungan ada batasnya, alam terus menunjukkan pergerakan alaminya. Jangan emosi ekonomi menjadi pemicu rusaknya alam, ujar mensos.
Menyadari Indonesia sebagai wilayah yang rentan bencana alam baik faktor alam maupun faktor manusia, sudah saatnya masyarakat dari semua komponen untuk sadar bencana. Early Warning System tidak hanya untuk peringatan tsunami saja, tetapi juga pergerakan alam yang terjadi di daratan. Ketika bencana tejadi reaksi spontan masyarakat untuk membantu sangat besar, empati sangat kuat, kesetikawanan sosial juga tetap kuat dengan gotong royongnya.
Persoalan terberat adalah pasca bencana. Kita harus melakukan pemulihan sosial, kita harus menghilangkan trauma bencana yang butuh waktu tidak sebentar. Trauma bencana juga beragam mulai menghilangkan ketakutan terhadap suara gemuruh, menghilangkan kepasrahan warga yang terlanda bencana, juga anak-anak kita selain harus tetap sekolah juga harus ada keberpihakan dalam pendampingan untuk menghilangkan trauma pada anak, demikian mensos mengatakan.
Pada kunjungan kerja ini mensos memberikan bantuan Bahan Bantuan Rumah (BBR) untuk 43 Kepala Keluarga sebesar 427,5 juta rupiah. Bantuan lainnya adalah bagi Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) untuk anak (78 juta), lanjut usia (49 juta), dan orang dengan kecacatan (139 juta). Selanjutnya bantuan untuk anak terlantar, anak jalanan, dan anak yang mengalami tindak kekerasan sejumlah 152 anak dengan jumlah bantuan 76 juta. Keseluruhan bantuan berjumlah 773.180.000 rupiah.
Mensos mengingatkan bantuan ini untuk digunakan secara tepat sasaran, tepat jumlah, tepat bantuan. Bantuan ini diharapkan mampu mengatasi persoalan yang ada juga mendorong pemda untuk memberi porsi bagi penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
Perkuat kesiapsiagaan bencana, dan gagas dengan segera dibentuknya Kampung Siaga Bencana. Metoda ini banyak berhasil di beberapa daerah lainnya. Masayarakat menjadi telatih dan menjadi garda terdepan bila ada bencana. Mulai dari deteksi dini tentang gejala gejala bencana, kemampuan evakuasi, maupun dalam manajemen bencana di lapangan seperti mendirikan posko operasional dan pengendalian, serta penggunaan dapur umum lapangan.
Menjadi sebuah keharusan di setiap daerah dibentuk Ksmpung Siaga Bencana, ini akan membantu dalam kecepatan, ketepatan dalam penanganan bencana, demikian mensos menutup door stop dengan awak media yang hadir an bersama di lokasi bencana.