
infowonogiri.com – WONOGIRI – Harga buah impor melejit. Pemicunya patut diduga karea kebijakan pemerintah yang melarang impor beberapa jenis buah. Sehingga stok buah pedagang menjadi terbatas. Selain itu, kebijakan tersebut membuat pedagang buah kebingungan.
Sebab pedagang mau tidak mau harus menambah modal untuk kulakan. Sebagian yang tidak mampu nyetok, terpaksa pedagang memilih tidak lagi menjual beberapa jenis buah impor.
Mulyadi seorang pedagang buah di terminal Baturetno menceritakan, ia sudah beberapa hari terakhir mengurani kulakan buah impor karena modal minim. Seperti anggur merah dan apel merah.
“Naiknya edan-edanan. Satu kardus anggur merah, paling banyak isi delapan kilogram. Harganya hanya 400 ribuan. Sekarang naik menjadi Rp.600 ribu. Apel merah semula sekardus Rp.350 ribu kini menjadi Rp.600 ribu. Saya pilih tidak lagi menjual buah itu. Pembeli saya kira juga takut harganya,” katanya.
Mulyadi lebih memilih konsentrasi menjajakan buah lokal. Seperti salak, rambutan, langsep, dukuh, pisang, jeruk bali, dan lain-lainnya. Meskipun buah lokal juga turut berangsur naik. “Buah impor yang saya pajang yang harganya tidak naik. Seperti buah apel putih dan pear,” tuturnya.
Hal yang sama juga terjadi di Wonogiri Kota. Seperti dikemukakan oleh Gimo, pemilik kios buah di pasar Wonogiri Kota. Kenaikan harga buah di Wonogiri kota terjadi sejak awal Pebruari lalu, hingga kini.
Sejak harga buah inpor mengalami kenaikan, pembelinya juga turun drastis. Contohnya, harga jeruk impor dari China yang semula hanya Rp.100 ribu naik menjadi Rp 165 ribu. Apel China yang semula Rp.220 ribu/kg kini naik menjadi Rp.295 ribu.
“Kami sudah tidak berani ambil stok banyak. Saat ini kami juga tidak bisa untung banyak. Hanya bertahan. Mungkin sampai enam bulan ke depan kondisinya akan seperti ini. Kabarnya, pembatasan impor buah itu sampai enam bulan ke depan,” katanya.[Bagus]