
infowonogiri.com – WONOGIRI – Musim kemarau panjang, berarti musim “panen” bagi pengusaha mobil angkutan air (truk tangki). Di sisi lain musim “sedih” bagi sebagian warga penduduk Wonogiri di sisi selatan. Seperti wilayah Kecamatan Paranggupito, Giritontro (sebagian) dan Pracimantoro (sebagian).
Di wilayah tersebut, kini harga air telah melejit, telah mencapai Rp 150.000 per tangki. Uang sebanyak itu harus dibayarkan oleh masyarakat yang tinggal di pedalaman yang jauh dari sumber-sumber air. Seperti di wilayah pesisir pantai Paranggupito. Warga terpaksa harus membeli air setiap kali musim kemarau tiba.Paidi (50), penjual air asal Desa Jatirejo, Kecamatan Giritontro mengatakan, harga air bersih bervariasi tergantung jarak antara rumah dengan sumber air. “Terdekat berjarak lima kilometer dijual Rp 80.000 per tangki. Paling jauh di sekitar pinggir pantai harganya mencapai Rp 150.000 per tangki. Saya ambil air dari Sinung, Pracimantoro,” katanya.
Kebiasaan membeli air dilakukan Paidi sejak sebulan lalu. Paidi biasanya mengkonsumsi air untuk sekeluarga menghabiskan 7-10 tangki air selama satu musim kemarau. Atau minimal sekira Rp.1500.000,- Musim kemarau biasanya 3 bulan sampai 5 bulan.
Sementara Maryanto alias Yanto (42) penjual air tangki asal Desa Suci, Pracimantoro menceritakan, dalam sehari, ia mampu mengirim air tangki sebanyak 7-10 kali. Jika jaraknya dekat bisa sampai sepuluh kali kirim. Kalau jaraknya jauh hanya tujuh kali kirim. Mulai pagi sampai malam.
Sedangkan Sri Ningsih, pemilik sumur Sumber Tirto Rahino di Sinung, Kelurahan Suci, Pracimantoro mengatakan, para penjual air dengan truk tangki sudah mulai aktif sejak sebulan lalu. Setiap hari, sekitar 50 truk tangki mengisi air di sumur miliknya. Musim kemarau tahun lalu berlangsung selama lima bulan. Bulan Juni sampai Oktober. Selama itu pula warga membeli air dari truk tangki.
Terpisah, Kepala Desa Petirsari, Pracimantoro, Budiyanto mengatakan, tiga telaga yang ada di desanya sudah mengering. “Terakhir Telaga Brahala di sebelah balai desa, mengering sejak awal Juli lalu. Selama ini telaga itu diandalkan untuk keperluan sehari-hari,” katanya.
Alhasil, warga setempat terpaksa membeli air dari truk-truk tangki. Harga air di desanya berkisar Rp 110.000 per tangki. Budiyanto khawatir, beban warga kian berat. Sebab dipastikan harga air saat lebaran dipastikan meningkat tajam. “Waktu lebaran, semula Rp 110.000 akan menjadi Rp 130.000 per tangki. Biasanya warga menjual ternaknya untuk membeli air,” pungkasnya.[bagus@infowonogiri.com]