
INFOWONOGIRI .COM – PARANGGUPITO – Meski sedang misim panen ikan tuna, lobster dan layur, namun petani nelayan tidak melaut. Alasannya karena nelayan khawatir perahunya rusak. Hal itu dikemukakan oleh Kepala Kelompok Nelayan Parang Bahari Paranggupito, Sucipto Minggu (10/6) kemarin.
“Nelayan belum mau melaut karena mereka ingin tempat berangkat melaut dan mendarat pindah ke Pantai Waru (calon pelabuhan-red), bukan dari di Pantai Nampu. Nelayan tidak mau perahunya rusak lagi,” ujarnya. Di Nampu, menurutnya, saat ini ombaknya tengah besar dan di sana banyak karang.
*Meski musim panen Tuna, Lobster, Layur, Nelayan Belum Mau Melaut.
Sedangkan di wilayah Waru landai dan meskipun ombaknya besar, saat sampai di tepian mengecil. Selain itu, permasalahannya di Waru masih banyak berserakan batu karang hasil kerukan saat membuat alur untuk pelabuhan dulu. Nelayan merasa trauma, pasalnya dahulu sejumlah perahu rusak akibat keganasan ombak laut selatan.
Dua dari tiga perahu yang rusak kini tengah diperbaiki dan satu sudah jadi. Sekedar info , musim ikan tuna , lobster dan layur mencapai puncaknya pada pertengahan antara bulan Juli dan Agustus setiap tahun. Setelah itu berganti musim musim ikan tongkol.
Jika melaut, sehari bisa menangka 30-50 kg ikan tuna, harga Rp.10 ribu/kg. Ikan lobster 3-5 kg dengan harga jual Rp.180 ribu/kg. Pada pertengahan Juli hingga musim penghujan masa panen rumput laut. Perhari bisa mendapaty satu ton rumput laut basah. Harga basah Rp.600 /kg, harga kering Rp.2.200 /kg.
Kini para nelayan tengah memikirkan untuk menyewa back hoe di Wonosari, Gunung Kidul. Tujuannya alat berat tersebut akan digunakan untuk membersihkan batu karang di sekitar pantai calon pelabuhan. Biaya sewa diperkirakan mencapai Rp.15 juta. “Kita sedang menunggu anggaran dari provinsi sebesar Rp.100 juta,” katanya. [bagus@infowonogiri.com]