Tak Berkategori  

Cegah Radikalisme Negatif dan Gerakan Tumbuh NII Di Wonogiri

M Dian Nafi pembicara seminar Radikalisme dan NII di Wonogiri | Foto : Bagus
M Dian Nafi pembicara seminar Radikalisme dan NII di Wonogiri | Foto : Bagus

infowonogiri.com – WONOGIRI – Radikalisme ada yang positif dan ada yang negatif. Radikalitas tidak selalu terkait agama. Ada radikalitas kelas, ideologis, akademik, etnik, rasial, dan lain lain. Contoh radikalisme positif adalah perjuangan Pangeran Diponegoro Jateng dan Gerakan Bungtomo di Jatim saat melawan penjajah.

Contoh radikalitas negatif adalah pola pikir ekstrim yang cenderung fundamentalis adalah melawan negara ingin mengganti ideologi negara yang baik dan benar. Wonogiri berpeluang tumbuh radikalisme. Sebab Wonogiri mempunyai karakter sebagai daerah perlintasan, masyarakatnya adaptif, arus uang dan barang tinggi, dan sebagai daerah penyangga perbatasan DIY, Jatim dan Jateng (lintas provinsi) dan pekerja yang kuat dan wilayah luas.
Wonogiri sebagai daerah terpinggirkan. Radikalisme dan fundamentalisme mudah tumbuh dalam kultur masyarakat marginal dan ekonomi rendah. Demikian dikatakan oleh H. M Dian Nafi pengasuh Ponpes Hadir Al Muayad Windan Surakarta, dalam seminar Pemahaman Islam Secara Utuh dan Penguatan Wawasan Kebangsaan dalam Upaya Mencegah Radikalisme dan Gerakan NII oleh Forum Pemuda Pemudi Islam (FPPI) Wonogiri, Rabu (27/6) di Bulusulur, Wonogiri.
Peserta seminar gerakan radikalisme dan NII di Wonogiri | Foto : Bagus

Seminar diselenggarakan oleh Forum Pemuda Pemudi Islam (FPPI) Wonogiri diikuti oleh 50-an peserta. Pembicara lain adalah Syamsul Bahri dari IAIN Surakarta dan M Julijanto Tokoh Muhamamdiyah Wonogiri. Keduanya mengemukakan hal yang sama dengan M Dian nafi. Bahwa radikalisme sering muncul dari kelompok marginal dan dari kalangan generasi muda. “Jarang ada radikalisme dari orang-orang tua,” katanya.

Untuk mengantisipasi radikalisme, perlu meningkatkan kepedulian masyarakat marginal dan pengentasan kemiskinan. Kemudian menjalin  persatuan dan kesatuan umat beragama dan berbangsa. Negarea harus menjalin komunikasi yang positif dengan seluruh kelompok masyarakat yang belum terjangkau dakwah ulama. Negara harus kuat dan tegas dalam menegakkan hukum terhadap gerakan radikal yang negatif.
Koordinator FPPI, Hafid mengemukakan seminar ini digagas oleh pengurus organisasi Islam di Wonogiri, seperti NU, Muhammadiyah, MMI, HTI dan sebagainya. “Ini sebagai ajang sosialiasi dan berkomunikasi antar kelompok, agar saling memahami,” katanya.[bagus@infowonogiri.com]

Tinggalkan Balasan